Hindari Mengeluh..!!! Manusia dan Medsos Bukan Tempat Mengeluh, Lalu Kepada Siapa Kita Mengeluh...???

Kita semua pasti pernah mempunyai masalah dalam kehidupan. Ada kalanya kita merasakan bahagia dan senang, ada kalanya kita merasakan sedih dan pilu. Hal ini adalah sunnatullah.

Hikmah Sholat

Shalat sebagai Rukun Islam ke dua sarat dengan makna dan hikmah yang terkait dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan. Diantara hikmah shalat yaitu:

BERKAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Kita memperingati kelahiran Nabi, kita akan mendapatkan empat perkara.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

"SELAMAT DATANG DI BLOG PUSTAKA ASLIKAN, SEMOGA BERMANFAAT"
Showing posts with label PAIKEM. Show all posts
Showing posts with label PAIKEM. Show all posts

Pengaruh Penerapan Strategi PAIKEM Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

Dalam proses pendidikan Islam, strategi dalam pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang memberi makna materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami atau diserap peserta didik menjadi pengertian – pengertian fungsional terhadap tingkah lakunya.

Tanpa menggunakan strategi dalam pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga sulit untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Dalam melakukan sesuatu seseorang pasti mempunyai tujuan, begitu juga dalam pendidikan, seorang guru mengajar menginginkan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa, begitu juga siswa belajar menginginkan perubahan dalam dirinya serta meraih prestasi yang bagus.

Namun untuk mencapai tujuan tersebut juga tidaklah mudah, jika seorang guru tidak mampu mengenali dan memahami karakter masing – masing siswa.salah satu hal yang penting pula adalah memahami gaya belajar siswa. Ada tiga gaya belajar yang harus diketahui yakni visual, auditorial dan kinestetik. Seperti yang diusulkan istilah – istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun orang telah cenderung pada salah satu diantara ketiganya.

Oleh karena itu seorang guru yang baik adalah guru yang memahami dan menghormati murid, menghormati bahan pelajaran yang diberikannya, mengaktifkan murid dalam belajar, mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya, dan yang tidak kala pentingnya adalah seorang guru harus mampu menyesuaikan strategi mengajar sesuai dengan bahan pelajaran atau materi yang akan disampaikan, karena tidak semua strategi dapat digunakan dalam tiap materi pelajaran.

Penggunaan stategi PAIKEM sangat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, berfikir kritis dan berfikir kreatif. Sehingga degan strategi PAIKEM akan lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama – sama kreatif dalam pembelajaran dan aktif dalam berbuat, dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.

Tinggi rendahnya mutu pelajaran atau baik buruknya nilai pelajaran siswa dapat ditentukan oleh strategi dalam mengajar yang digunakan oleh guru. Apabila seorang guru menyampaikan materi pelajaran menggunakan strategi yang tepat seperti halnya strategi yang berbasis PAIKEM dalam arti sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, maka akan memperoleh hasil yang memuaskan dan sebaliknya seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran dengan strategi yang kurang tepat, hasilnya akan kurang memuaskan, rendahnya mutu pelajaran dan prestasi belajar siswa kurang baik.

Strategi mengajar yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia karena itu strategi yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil guna mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Salah satu hal yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan Agama di sekolah adalah pemahaman prinsip – prinsip dasar ketepatan dalam memilih dan menggunakan strategi atau metode pendidikan. Sehingga sekolah dan guru Agama mampu mengemban tugas pendidikan nasional.

Strategi dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru, tidak hanya sekedar berfungsi mengantarkan bahan atau materi pelajaran kepada anak didik, akan tetapi strategi mengajar dalam hal ini yaitu implementasi strategi PAIKEM ikut menentukan aktivitas anak didik dan mendorong anak didik untuk belajar dengan aktif, inovatif dan kreatif, baik memberi tanggapan terhadap materi pelajaran yang dihadapi maupun dalam proses belajar mengajar, selanjutnya dengan kata lain implementasi strategi PAIKEM dalam pembelajaran secara tegas ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran maka dari itu, dapat dipastikan mutu pendidikan dan pengajaran akan bertambah baik pula, dan hal ini akan menambah nilai belajar siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Akhirnya dalam uraian ini, penulis menegaskan bahwa setiap pengajaran khususnya pengajaran pendidikan agama Islam digunakan strategi yang tepat dan sesuai, maka strategi pengajaran tersebut berpengaruh positif terhadap prestasi belajar prestasi belajar siswa. Sebaliknya, apabila guru menggunakan strategi yang kurang tepat dan kurang sesuai maka strategi tersebut akan perpengaruh negative terhadap prestasi belajar siswa.

Penerapan (Implementasi) Strategi PAIKEM

Penerapan (Implementasi) Strategi PAIKEM,
Cara melaksanakan PAIKEM mencakup berbagai kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, kemampuan yang seyogianya dikuasai guru untuk menciptakan keadaan yang sebaik-baiknya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien lebih – lebih terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
  2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
  3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
  4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
  5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam strategi PAIKEM, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu :

1. Strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented)

Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan :
  • Karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
  • Sumber referensi terbatas;
  • Jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
  • Alokasi waktu terbatas; dan
  • Jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.

Dalam system ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur strategi ini adalah :

a. Preparasi

Guru mempersiapkan ( preparasi ) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.

b. Apersepsi

Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan

c. Presentasi

Guru menyajikan ( presentasi ) bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.

d. Resitasi

Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang telah dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan atau mengulang kembali dengan kata – kata sendiri ( resitasi ) tentang pokok – pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan[1].

2. Strategi yang berpusat pada peserta didik ( student centre oriented )
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry), Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan :

a. Karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. Sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. Jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. Materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. Alokasi waktu cukup tersedia.

Discovery inquiry atau enquiry discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam system belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedur strategi ini adalah :

a. Simulation

Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengar uraian yang memuat permasalahan.

b. Problem statement

Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan ( statement ) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajuakan.

c. Data collection

Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesisi itu, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan ( collection ) berbagai informasi yang releven, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

d. Data processing

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

e. Verification atau pembuktian
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Generalization

Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.

System belajar yang dikembangkan ini menggunakan landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik bersangkutan lebih jauh dapat menumbuhkan motivasi intrinsic, karena anak didik merasa puas atas penggunaanya sendiri.

Pendekatan belajar mengajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya adalah memekan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauhan dan kekaburan atas materi yang dipelajari[2].

Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, demonstrasi dan sebagainya.

Mengingat banyaknya ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam PAIKEM, seorang guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal. Adapun ragam strategi yang dapat diterapkan dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM adalah sebagai berikut :

a. Mind Mapping

Langkah-langkah:
  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa
  3. Membentuk kelompok
  4. Setiap kelompok menginventarisasi alternatif jawaban hasil diskusi
  5. Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis serta mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
  6. Data data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

b. Snowball Throwing

Langkah-langkah:
  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil wakil kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
  3. Wakil kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
  4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh guru
  5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari siswa ke siswa yang lain
  6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan tertulis dalam bola kertas secara bergantian
  7. Penutup

c. Cooperatif Integrated Reading And Composition (Circ)

Langkah-langkah:
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang heterogen
  2. Guru memberikan wacana atau kliping sesuai topik pembelajaran
  3. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana kliping dan ditulis pada selembar kertas
  4. Mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok
  5. Guru membuat kesimpulan bersama
  6. Penutup

d. Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Phare-Share ) TPS

TPS dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.

Tahap 1: Thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan jawabannya sendiri.
Tahap 2: Pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.
Tahap 3: Sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.

e. Penomoran-Berpikir-Bersama ( Numbered-Head-Together )

NHT Struktur empat langkah NHT :

Tahap 1: Penomoran, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok diberi nomor.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.
Tahap 3: Berpikir bersama, siswa berdisksusi tentang jawaban pertanyaan.
Tahap 4: Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu. Siswa nomornya sesuai dapat menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

f. Numbered heads together

Langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor;
  2. Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka;
  5. Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain;
  6. Simpulan.

g. Cooperative script

Langkah-langkah sebagai berikut

1. Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;
2. Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya;
3. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
  • Sementara itu, para siswa pendengar:
  • Menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap;
  • Membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya;
6. Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru;
7. Penutup

h. Kepala bernomor struktur

Langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan setiap siswa anggota kelompok mendapat nomor;
  2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal, dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya;
  3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka;
  4. Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain;
  5. Simpulan.

i. Student teams-achievement divisions (STAD)

Langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);
  2. Guru menyajikan pelajaran;
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham;
  4. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis para siswa tidak diperbolehkan saling membantu;
  5. Memberi evaluasi;
  6. Simpulan.

j. Jigsaw (Model Tim Ahli)

Langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas 4 siswa;
  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh;
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
  7. Guru memberi evaluasi;
  8. Penutup.

k. Problem-based instructions (PBI)

Langkah- langkah sebagai berikut:
  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih;
  2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhu- bungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadual, dll.) ;
  3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa- lah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah ;
  4. Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya ;
  5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

-----------------------------------------
[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), 21.
[2] ibid, Hal, 19-20.

Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembela- jaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.

Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk mengembangkan potensi diri secara optimal. Dengan demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia yang berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).

Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang menyenangkan, ialah:
  1. Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang tinggi;
  2. Terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan metode yang relevan;
  3. Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan;
  4. Adanya situasi belajar yang menantang (challenging) bagi peserta didik untuk berpikir jauh ke depan dan mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari;
  5. Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan dukungan yang enthusiast.

Alhasil, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak membuat siswa:
a. Takut salah dan dihukum;
b. Takut ditertawakan teman-teman;
c. Takut dianggap sepele oleh guru atau teman.

Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat membuat siswa:
a. Berani bertanya;
b. Berani mencoba/berbuat;
c. Berani mengemukakan pendapat/gagasan;
d. Berani mempertanyakan gagasan orang lain.

-------------------------------------
Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatian PAIKEM, memeo ( Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Pres, 2009 )

Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective / berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal baru yang didapat siswa. Guru pun diharapkan memeroleh pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.

Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi, perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta didukung oleh data catatan guru.

Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang efektif, karena:
a. Menguasai materi yang diajarkan;
b. Mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh;
c. Menghargai siswa dan memotivasi siswa;
d. Memahami tujuan pembelajaran;
e. Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah;
f. Menggunakan metode yang bervariasi;
g. Mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca;
h. Mengajarkan cara mempelajari sesuatu;
i. Melaksanakan penilian yang tepat dan benar.

Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif dalam arti:
a. Menguasai pengetahuan dan keterampilan atau kompetensi yang diperlukan,
b. Mendapat pengalaman baru yang berharga.

--------------------------------------
Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatian PAIKEM, memeo ( Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Pres, 2009 )

Pembelajaran Kreatif

Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:
a. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang beragam,
b. Membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun sederhana.  
Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:
a. Merancang atau membuat sesuatu,
b. Menulis atau mengarang.

----------------------------------
Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatian PAIKEM, memeo ( Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Pres, 2009 )

Pembelajaran Inovatif

Inovatif adalah ide – ide baru atau inovasi – inovasi positif yang keluar dari peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media alat alat bantu terutama yang berbasis teknologi maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.

Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan atau daya serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory (pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan raga). Dalam hal ini, penggunaan alat atau perlengkapan (tools) dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam memba- ngun proses pembelajaran inovatif.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal :
a. Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan bermartabat,
b. Menerapkan perbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru,
c. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah dan lingkungan,
d. Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.

Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:
a. Mengikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang berlaku,
b. Berupaya mencari bahan atau materi sendiri dari sumber-sumber yang relevan,
c. Menggunakan perangkat tekonologi maju dalam proses belajar.


---------------------------------------------
Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatian PAIKEM, memeo ( Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Pres, 2009 )

Pembelajaran Aktif

Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.

Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tentang sunnatullah atas alam semesta misalnya, siswa dapat melakukan pengamatan tentang fenomena alam. Siswa mengamati matahari bersinar di siang hari dan berjalan pada porosnya, terbit di ufuk timur dan terbenam di ufuk barat, bulan bersinar di malam hari dan beredar pada porosnya. Siswa mengamati bintang-bintang berkelip di malam hari dengan jarak yang sangat jauh dari bumi. Siswa mengamati adanya laki-laki dan perempuan, adanya siang dan malam, dan adanya panas dan dingin. Semua ini merupakan sunnatullah. Dengan adanya sunnatullah, manusia akan dapat mendorong dirinya untuk melakukan penelitian terhadap benda-benda ciptaan Allah. Sehingga secara fisik semua indera aktif terlibat, berpikir, menganalisis, dan menyimpulkan bahwa semua benda dan fenomena itu terjadi karena kehendak Allah SWT.

Menurut Taslimuharrom (2008) sebuah proses belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:

1) Keterlekatan pada tugas (Commitment)

Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal);

2) Tanggung jawab (Responsibility)

Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil keputusan sendiri.

3) Motivasi (Motivation)

Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik) karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergan­tung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih lang­geng diban­dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (student centered learning). Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.

Alhasil, di satu sisi guru aktif:
a. Memberikan umpan balik;
b. Mengajukan pertanyaan yang menantang; dan
c. Mendiskusikan gagasan siswa.

Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal:
a. Bertanya / meminta penjelasan;
b. Mengemukakan gagasan; dan
c. Mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri.[1]

-------------------------------- 
[1] Muhibbin Syah dan Rahayu Kariadinata, Bahan Pelatian PAIKEM, memeo ( Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Pres, 2009 ), 13-16.

Hal Penting yang Harus Diperhatikan Dalam Implementasi Pendekatan PAIKEM

Dalam melaksanakan PAIKEM, guru perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Memahami sifat yang dimiliki siswa

Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.

2. Memahami perkembangan kecerdasan siswa

Jean Piaget dalam Syah (2008 : 29-32) menjelaskan tentang perkembangan kecerdasan akal atau perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap, yakni:
a. Sensory-motor ( Sensori-motor / 0-2 tahun )
b. Pre-operational ( Pra-operasional / 2 -7 tahun )
c. Concrete-operational ( Konkret-operasional / 7 – 11 tahun)
d. Formal-operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas).

Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-operational.
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.

Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni:
1) Kapasitas menggunakan hipotesis
2) Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. 

Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam.[1]

3. Mengenal siswa secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.

4. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”,”Berapa?”,”Kapan?”, yang umumnya tertutup ( jawaban betul hanya satu ).

6. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.

7. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.

8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual. Beberapa teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik antara lain :

a. Memancing aspirasi anak didik
b. Memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptabel
c. Memilih bentuk motivasi yang akurat ( misalnya : memberi angka, hadiah, pujian, memberi tugas, hukuman, dll. )
d. Menggunakan metode yang bervariasi.[2]

9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental

Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally active) lebih berarti daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAIKEM.

10. Pengelolaan Kelas

Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan maslah tingkah laku yang kompleks dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang sfektif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajararan. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar.[3]

Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
  1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi oleh tugas – tugas dan diarahkan oleh guru.
  2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi semua anak atau kelompok.
  3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku – perilaku masing – masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu – individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing – masing dan bagaimana belajar.
  4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota – anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka di kelas dikala belajar.
  5. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin meningkat ketrampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota – anggota di dalam kelas.
  6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.[4]

---------------------------------------
[1] Muhibbin Syah, Islamic English : A Competency-based Reading Comprehension, Cetakan Ke-2 ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006 ), 30-32.
[2] Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), 143.
[3] ibid, Hal, 174.
[4] ibid, Hal, 214 – 215.

Mengapa Pendekatan PAIKEM Perlu Diterapkan?

Dalam proses belajar mengajar, pendekatan PAIKEM sangat perlu sekali untuk diterapkan. Mengapa? Sekurang - kurangnya ada dua alasan perlunya pendekatan PAIKEM diterapkan di sekolah yakni :
  1. PAIKEM lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama - sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif (monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang - kadang menakutkan siswa.
  2. PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat.
PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah Pragmatisme yang berorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subyek aktif sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka.

Tujuan PAIKEM

Tujuan PAIKEM sebenarnya untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir tahap tinggi, berfikir kritis dan berfikir kreatif (critical dan creative thinking).
Berfikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik kesimpulan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berfikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam mengembangkan sesuatu (generating).
Dalam PAIKEM kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan berfikir tahap tinggi, mengapa demikian..????? tidak lain hal ini dikarenakan dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah, jika memungkinkan masalah tersebut diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah kemiskinan, pembusukan makanan, wabah penyakit, kemacetan lalulintas, atau soal-soal dalam setiap mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi, dsb.

Apa itu PAIKEM?

PAIKEM adalah merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
PAIKEM juga dapat didefinisikan sebagai pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman dan ketrampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata "disuapi" guru.