Hindari Mengeluh..!!! Manusia dan Medsos Bukan Tempat Mengeluh, Lalu Kepada Siapa Kita Mengeluh...???

Kita semua pasti pernah mempunyai masalah dalam kehidupan. Ada kalanya kita merasakan bahagia dan senang, ada kalanya kita merasakan sedih dan pilu. Hal ini adalah sunnatullah.

Hikmah Sholat

Shalat sebagai Rukun Islam ke dua sarat dengan makna dan hikmah yang terkait dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan. Diantara hikmah shalat yaitu:

BERKAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Kita memperingati kelahiran Nabi, kita akan mendapatkan empat perkara.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

"SELAMAT DATANG DI BLOG PUSTAKA ASLIKAN, SEMOGA BERMANFAAT"
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Bagaimana Menjadi Pelajar yang Lebih Efektif ???

Apakah Anda tertarik untuk menemukan cara untuk belajar hal-hal baru yang lebih cepat? Apakah Anda ingin menjadi seorang pembelajar yang lebih efektif dan efisien? Jika Anda seperti banyak siswa, waktu Anda terbatas sehingga sangat penting untuk mendapatkan nilai yang paling pendidikan dari waktu yang telah tersedia.

Kecepatan belajar bukan satu-satunya faktor penting, namun. Retensi, ingat, dan mentransfer juga penting. Siswa harus mampu secara akurat mengingat informasi yang mereka pelajari, ingat itu di lain waktu, dan memanfaatkan secara efektif dalam berbagai macam situasi.

Jadi apa yang dapat Anda lakukan untuk menjadi pelajar yang lebih baik? Menjadi seorang mahasiswa yang efektif dan efisien adalah bukan sesuatu yang terjadi semalam, tetapi menempatkan beberapa tips ini dalam praktek sehari-hari dapat membantu Anda mendapatkan lebih banyak dari waktu belajar Anda.

1. Belajar dan Berlatih Hal Baru

Belajar dan berlatih keterampilan baru membantu otak Anda menyimpan informasi baru.
Salah satu cara jitu untuk menjadi pembelajar yang lebih efektif adalah dengan hanya terus belajar. Jadi jika Anda belajar bahasa baru, penting untuk terus berlatih bahasa untuk mempertahankan keuntungan Anda telah mencapai. Ini "menggunakannya atau kehilangan itu" fenomena melibatkan proses otak yang dikenal sebagai "pemangkasan." jalur tertentu di otak dipertahankan, sementara lainnya dieliminasi. Jika Anda ingin informasi baru Anda hanya belajar untuk tetap tinggal, terus berlatih dan berlatih itu.

2. Belajar di Beberapa Cara

Fokus pada belajar di lebih dari satu cara. Bukan hanya mendengarkan podcast, yang melibatkan belajar auditori, menemukan cara untuk berlatih informasi baik secara lisan dan visual. Hal ini mungkin melibatkan menggambarkan apa yang Anda pelajari ke teman, membuat catatan, atau menggambar peta pikiran. Dengan belajar di lebih dari satu cara, Anda lebih memperkuat pengetahuan dalam pikiran Anda.

3. Ajarkan Apa yang telah Anda belajar untuk Orang lain


Pendidik telah lama mencatat bahwa salah satu cara terbaik untuk mempelajari sesuatu adalah dengan mengajarkannya kepada orang lain. Mulailah dengan menerjemahkan informasi dalam kata-kata Anda sendiri. Proses ini saja membantu memperkuat pengetahuan baru dalam otak Anda. Berikutnya, menemukan beberapa cara untuk berbagi apa yang telah Anda pelajari. Beberapa ide termasuk menulis posting blog, menciptakan podcast, atau berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

Menjadi pembelajar yang lebih efektif dapat mengambil waktu, dan selalu membutuhkan latihan dan tekad untuk membangun kebiasaan baru. Mulailah dengan berfokus pada apa yang anda pelajari saat ini.

Semoga bermanfaat..................

Kisi-Kisi Soal Ujian Sekolah (US) & Kisi - Kisi Ujian Praktik SD/MI Tahun 2016


Kisi-kisi soal Ujian Sekolah untuk SD/MI tahun 2016 terdiri beberapa kompetensi yang dijabarkan menjadi beberapa indikator. Ujian sekolah tahun ini masih tetap menggunakan materi sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006.

Kisi-kisi Ujian Sekolah yang mencangkup 3 mata pelajaran, yaitu 
  1. Bahasa Indonesia, 
  2. Matematika, dan 
  3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 
Untuk tingkat SD/MI tahun 2016 bisa didownload di tautan berikut ini:


Untuk Kisi - Kisi Ujian Praktik mencakup 7 mata pelajaran, yaitu :
  1. Bahasa Indonesia,
  2. Bahasa Jawa,
  3. Bahasa Inggris,
  4. IPA
  5. PAI
  6. Penjaskes, dan
  7. SBK
Untuk Mendownload silahkan klik link dibawah ini:


Semoga Bermanfaat....!!!

Sambutan Mendikbud pada Hardiknas 2015

Setiap peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Menteri Pendidikan memberikan sambutannya. Berikut sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pada Hardiknas 2015 yang dapat dilihat juga di link:http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/sites/default/files/Sambutan%20Mendikbu...

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI
Pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Di hari yang berbahagia ini, kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih, kita panjatkan puji dan syukur. Atas izin, rahmat, dan karunia-Nya, kita semua berkesempatan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional ini.

Di Hari Pendidikan ini, atas namapemerintah, izinkan saya menyampaikan apresiasi pada semua pihak, pada semua pelaku pendidikan dimanapun berada, yang telah ambil peran aktif untuk mencerdaskan saudara sebangsa. Untuk para pendidik di semua jenjang, yang telah bekerja keras membangkitkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter mulia, yang mampu meraih cita-cita dan menjadi pembelajar sepanjang hidup, terimalah salam hormat dan apresiasi dari kita semua.

Bapak, Ibu dan Hadirin yang mulia,

Republik tercinta ini digagas oleh anak-anak muda terdidik dan tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Sebuah negara yang berakarkan adat dan budaya bangsa nusantara, beralaskan semangat gotong royong, tapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip kesejajaran dan kesatuan sebagi sebuah negara modern.

Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk memiliki gagasan besar yang melampaui zamannya. Gagasan dan perjuangan yang membuat Indonesia dijadikan sebagai rujukan oleh bangsa-bangsa di Asia dan di Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, bukansaja karena keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau keagungan budayanya, tetapi juga karena deretan orang-orang terdidiknya yang berani mengusung ide-ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual.

Indonesia adalah negeri penuh berkah. Di tanah ini, setancapan ranting bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, laut melimpah, apalagi bila melihat mineral, minyak, gas, hutan dan semua deretan kekayaan alam. Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun kita semua harus sadar bahwa asset terbesar Indonesia bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan ataupun segala macam hasil bumi; asset terbesar bangsa ini adalah manusia Indonesia. Tanggung jawab kita sekarang adalah mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Fokus mereka, kaum kolonial itu, adalah pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara karena itu mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tak pernah peduli dengan kualitas manusia di Nusantara.

Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai kita hanya tahu tentang kekayaan alam tetapi tidak tahu kualitas manusia di negeri kita. Kita harus berkonsetrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. Kita tidak boleh mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang terfokus hanya pada kekayaan alam tetapi melupakan soal kualitas manusia.

Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah perguruan tinggi di daerah kita? Tahukah kita berapa banyak anak-anak di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah? Tahukah kita tentang kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar anak-anak kita? Tahukah kita tentang tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?

Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini telah berhasil meraih kesejahteraan. Pada kita yang telah sejahtera itu, jelas terlihat bahwa pendidikan adalah hulunya. Karena pendidikanlah maka terbuka peluang untuk hidup lebih baik. Pendidikan itu seperti tangga berjalan yang mengantarkan kita meraih kesejahteraan yang jauh lebih baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia pendidikan yang telah mengantarkan kita sampai pada kesejahteraan yang lebih baik? Pernahkah kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita menyapa, bertanya kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada guru-guru yang mendidik kita dulu? Pernahkah kita menyapa kembali dan menyampaikan terima kasih pada dosen-dosen kita? Bagi kita yang kini berkiprah di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut terlibat memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk membuat generasi anak-anak kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang berhasil diraih generasi ini. Dan, iuran paling mudah adalah kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi anak-anak pelajar lalu terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi dan terlibat untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita.

Bapak, Ibu dan Hadirin yang berbahagia,

Wajah masa depan kita berada di ruang-ruang kelas. Akan tetapi, hal itu bukan berarti bahwa tanggung-jawab membentuk masa depan itu hanya berada di pundak pendidik dan tenaga kependidikan di institusi pendidikan. Secara konstitusional, mendidik adalah tanggung jawab negara namun secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik. Mengembangkan kualitas manusia Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama. Semuaharus ikut peduli, bahu membahu, saling sokong dan topang untuk memajukan kualitas manusia Indonesia lewat pendidikan.

Oleh karena itu, Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita mengambil tema ‘Pendidikan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter Pancasila’.

Kata kunci dari tema tersebut adalah “Gerakan”. Pendidikan harus dipandang sebagai ikhtiar kolektif seluruh bangsa. Karena itu pendidikan tidak bisa dipandang sebagai sebuah program semata. Kita harus mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat. Kita mendorong pendidikan menjadi gerakan semesta, yaitu gerakan yang melibatkan seluruh elemen bangsa: masyarakat merasa memiliki, pemerintah memfasilitasi, dunia bisnis peduli, dan ormas/LSM mengorganisasi. Berbeda dengan sekadar “program” yang perasaan memiliki atas kegiatan hanya terbatas pada para pelaksana program, sebuah “gerakan” justru ingin menumbuhkan rasa memiliki pada semua kalangan. Mari kita ajak semua pihak untuk merasa peduli, untuk merasa memiliki atas problematika pendidikan agar semua bersedia menjadi bagian dari ikhtiar untuk menyelesaikan problematika itu.

Gerakan pencerdasan dan penumbuhan generasi berkarakter Pancasila adalah sebuah ikhtiar mengembalikan kesadaran tentang pentingnya karakter Pancasila dalam pendidikan kita. Sudah digariskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah karakter Pancasila yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional kita.

Menumbuhkembangkan potensi anak didik seperti itu memerlukan karakteristik pendidik dan suasana pendidikan yang tepat. Disinilah Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian,peringatan Hari Pendidikan Nasional menjadi amat relevan untuk mengingatkan kembali tentang karakteristik pendidik dan suasana pendidikan. Peringatan hari pendidikan tak bisa lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara, yang padatanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Bapak Pendidikan Indonesia itu.

Ki Hadjar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “Taman”. Taman adalah tempat belajar yang menyenangkan. Anak datang ke taman dengan senang hati, berada di taman juga dengan senang hati dan pada saat harus meninggalkan taman maka anak akan merasa berat hati. Pertanyaannya, sudahkah sekolah kita menjadi seperti taman? Sudahkah sekolah kita mejadi tempat belajar yang menyenangkan?

Sekolah menyenangkan memiliki berbagai karakter, diantaranyaadalah; sekolah yang melibatkan semua komponennya, baik guru, orang tua, siswa dalam proses belajarnya; sekolah yang pembelajarannya relevan dengan kehidupan; sekolah yang pembelajarannya memiliki ragam pilihan dan tantangan, dimana individu diberikan pilihan dan tantangan sesuai dengan tingkatannya; sekolah yang pembelajarannya memberikan makna jangka panjang bagi peserta didiknya.

Di hari Pendidikan Nasional ini, mari kita kembalikan semangat dan konsep Ki Hadjar Dewantara bahwa sekolah harus menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Sebuah wahana belajar yang membuat para pendidik merasakan mendidik sebagai sebuah kebahagiaan. Sebuah wahana belajar yang membuat para peserta didik merasakan belajar sebagai sebuah kebahagiaan. Pendidikan sebagai sebuah kegembiraan. Pendidikan yang menumbuh-kembangkan potensi peserta didik agar menjadi insan berkarakter Pancasila.

Ikhtiar besar kita untuk pendidikan ini hanya akan bisa terwujud bila kita semua terus bekerja keras dan makin membuka lebar-lebar partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pendidikan. Mulai hari ini kita harus mengubah perspektif, bahwa pendidikan bukan hanya urusan kedinasan di pemerintahan,melainkan juga urusan kita dan ikhtiar memajukan pendidikan adalah juga tanggung jawab kita semua.

Mari kita teruskan kerja keras, kerja bersama dan kerja sama ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, selalu membimbing kita agar dapat meraih dan melampaui cita-cita bangsa kita tercinta.

Selamat Hari Pendidikan Nasional, jayalah Indonesia.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 2 Mei 2015


Anies Baswedan



Download Kisi-Kisi Ujian Sekolah/Madrasah (US/M) SD/MI Tahun Pelajaran 2014/2015


Mulai tahun 2014 UN/Ujian Nasional untuk tingkat dasar dalam hal ini Sekolah Dasar (SD) dan MI (Madrasah Ibtidaiyyah) telah diganti menjadi Ujian Sekolah/Ujian Madrasah. Kisi-kisi soal untuk Ujian akhir SD/MI pada tahun 2014 sama dengan kisi-kisi UN tahun 2013. Kisi-kisi soal US tahun pelajaran 2014/2015 masih sama juga dengan tahun sebelumnya. Kisi-kisi Ujian Sekolah/Madrasah digunakan sebagai acuan dalam penyusunan soal ujian sekolah tahun 2015 yang terdiri dari beberapa kompetensi yang telah dijabarkan menjadi beberapa indikator. Ujian sekolah/madrasah tahun ini masih tetap menggunakan materi sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berikut Link Download Kisi-Kisi Ujian Sekolah/Madrasah (US/M) SD/MI Tahun Pelajaran 2014/2015



Faktor- Faktor Penyebab Turunnya Minat Belajar Siswa

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa menurut Syah (2003) terdiri dari dua macam yaitu :

a. Faktor Intern siswa
 
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni :
1. Ranah Kognitif (cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas atau inteligensi siswa.
2. Ranah Afektif (rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3. Ranah Psikomotor (karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

b. Faktor Ekstern siswa

Faktor Ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini meliputi :
1. Lingkungan keluarga, misalnya ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan atau masyarakat, misalnya wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, misalnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah.[1]

Sedangkan menurut mahmud (1990) yaitu :

a. Faktor internal , seperti motivasi, minat dan keyakinan

1. N.Ach (Need Of Achievement) ialah dorongan/motif untuk berprestasi. N.Ach adalah suatu motif intrinsic untuk mencapai prestasi belajar dalam hal tertentu. Dorongan yang kuat berasal dari keluarga.

2. Takut gagal

Takut gagal dengan adanya perasaan cemas sangat apabila menempuh ujian, sesuatu yang baru atau memecahkan masalah yang sulit, dapat mengganggu keberhasilan dalam berprestasi. Siswa yang merasa gugup selama menempuh ujian akan memperoleh hasil yang lebih buruk daripada siswa yang tenang dan santai.

3. Takut sukses

Apabila cukup kuat, rasa takut sukses itu dapat mendorong N.Ach seseorang dan melahirkan perasaan-perasaan negative terhadap prestasi yang baik.

b. Faktor Eksternal

Faktor situasional sangat berpengaruh terhadap prestasi, misalnya situasi lingkungan yaitu lingkungan sekolah, lingkungan suasana rumah, lingkungan sekitar dan kualitas keluarga yang sangat berpengaruh terhadap tingkat prestasi akademik.[2]

Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor ini dipandang sebagai factor khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability (ketidak mampuan belajar), sindrom berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom ini misalnya disleksia yaitu ketidak mampuan belajar membaca, disgrafia yaitu ketidak mampuan belajar menulis, diskalkulia yatu ketidak mampuan belajar matematika.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa timbul karena adanya rasa sayang, ketertarikan pada suatu hal atau ketrampilan sehingga berdampak positif terhadap kegiatan belajar, serta keinginan atau cita-cita untuk menjadi lebih baik. Disamping minat untuk melanjutkan prestasi belajar yang baik harus ada dukungan, perhatian dan motivasi dari orang tua, guru, teman, lingkungan dalam mendukung proses belajar.

Minat seseorang berhubungan erat denga prestasinya sehingga untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi tidak cukup hanya didukung minat. Minat belajar merupakan kecenderungan yang menetap pada diri seseorang dan merasa senang pada kegiatan belajar, diikuti dengan perubahan perilaku positif pada kegiatan belajar. Minat belajar ditimbulkan karena berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat dan memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar menghasilkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Perasaan tidak senang akan menghambat dalam belajar karena tidak melakukan sikap yang positif dan tidak menunjang minat belajar sehingga motivasi juga sukar untuk berkembang. Kenyataannya tidak semua siswa memulai bidang studi baru karena faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan pelajaran karena pengaruh gurunya, teman, atau orang tuanya. Walaupun demikian dalam jangka waktu tertentu siswa yang demikian akan mampu mengembangkan minatnya dengan segala upayanya untuk menguasai mata pelajaran tersebut sehingga siswa tersebut mampumemperoleh prestasi yang baik.

Dalam kontek itulah, yang dapat memicu turunnya minat belajar siswa serta diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu.


---------------------------------
[1] Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003),12.
[2] Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT. Hidayah Agung, 1990), 21.

Cara Meningkatkan Semangat Belajar Siswa di Rumah

Anak merupakan harapan dan kebanggaan dari setiap orang tua sehingga dapat berhasil di sekolah dengan baik. Untuk mewujudkan harapan tersebut orang tua yang bijaksana akan selalu mengikuti perkembangan serta berusaha mengetahui taraf kemampuan yang dimiliki anaknya. Berikut ini gambaran tentang cara meningkatkan semangat belajar siswa di rumah:

Mardanu (1997), mengemukakan bahwa orang tua perlu memberikan kasih sayang dan penghargaan agar dapat membentuk mental yang sehat supaya semangat belajar anak tetap ada. Kasih sayang orang tua dapat diwujudkan dalam bentuk berusaha meluangkan waktunya untuk berdialog, bergurau, berkomunikasi serta dapat memenuhi kebutuhan lainnya selain kebutuhan sekolah.

Hal terpenting adalah memberikan kasih sayang kepada anak. Terkadang anak berbuat baik, orang tua tidak memberikan reward karena hal itu dianggap biasa saja, tapi manakala sianak berbuat tidak baik, maka orang tua memberikan reaksi luar biasa dengan memberikan punisment.

Untuk memotivasi seorang anak adalah dengan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka dicintai, tanpa sebab apapun juga, ketika anak merasakan cinta dan dukungan dari orang tua mereka, mereka merasa terlindungi dan termotivasi dalam segala sesuatu yang mereka lakukan.

Jadi kasih sayang, perhatian, ataupun dukungan dalam bentuk ketenangan keluarga, keharmonisan ataupun pemberian reward sangat dibutuhkan siswa. Sehingga siswa dapat merasakan kenyamanan, terlindungi, terayomi dan termotivasi dalam melakukan pembelajaran maupun berkarya.

Setelah melihat uraian diatas dapat dipahami bahwa cara meningkatkan belajar siswa dirumah adalah dengan memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan dalam bentuk meluangkan waktu untuk berdialog, bergurau, berkomunikasi serta dapat memenuhi kebutuhan lainnya selain kebutuhan sekolah.

-------------------------------------
Mardanu,1997. Peranan Orang Tua dalam Upaya meningkatkan Mutu Pendidikan anak, Jakarta: Cakrawala Pendidikan.

Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pembelajaran

Jika ada seorang guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih atas kegagalan mendidik dan membina anak didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui, disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu juga sebagai pendukungnya.
Dalam pembelajaran terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran diantaranya yaitu :

1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tola dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika belajar anak didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai.

2. Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, tekhnik dan taktik pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Guru sangat menentukan bagi keberhasilan anak mengingat guru adalah pengajar, pembimbing dan penuntun anak.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru diantaranya:
a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk aspek tersebut adalah tempat kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan ada istiadat, keadaan kelularga dari mana guru itu berasal.
b. Teacher trining experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan.
c. Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan dalam penguasaan materi pelajar.

3. Anak Didik (siswa)
Menurut Dunkin, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi :
a. Latar belakang siswa (pupil formative experience) meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana siswa berasal dll. Kepribadian mereka bermacam-macam ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suda bicara, ada yang kreatif, keras kepala, manja dan sebagainya.
b. Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties) meliputi kemampuan, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan atau tingkat kecerdasan yang bervariasi. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Karena itu perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual dan psikologis tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar.
Anak didik atau siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi jarak dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

4. Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain-lain. Kelengkapan saran dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Terdapat beberapa keuntugan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien, sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Kedua, kelengkapan saran dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang auditif akan lebih mudah belajar melalui pendengar, sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan.

5. Kegiatan Pembelajaran
Pola umum kegiatan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya berusaha memahami anak didi sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik.
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusi.

6. Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu :
a. Faktor organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan :
1. Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempint.
2. Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.
3. Kepuasan belajar setiap siswa akan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
4. Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan sukar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
5. Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
6. Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
b. Faktor iklim sosial – psikologis maksudnya, keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan eksternal.
Iklim sosial – psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.
Sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerjasama antar guru, salaing menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar menjadi sejut dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar.
Iklim sosial – psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan sebagainya.
Iklim sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

7. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didi. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuat dengan perencanaan yang sistematis dan dengan menggunakan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true – false) dan pilihan ganda (multiple choise) tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan essay.
Masing-masing alat evaluasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Benar – salah ( B – S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes objetif. Maksdunya, objektive dalam hal pengoreksian, tapi belum tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan oleh anak-anak didik. Karena sifat alat ini mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternatif lain diluar dari alternatif itu, maka bila anak didik tidak dapat menjawabnya, cenderung melakukan tindakan spekulasi pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak bisa.
Alat test dalam bentuk essaya dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik. Sebab test ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik dan benar. Kelemahan alat test ini adalah dari segi pembuatan item soal tidak semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Essay memang alat test yang tidak objektif, karena dalam penilaiannya, kalaupun ada standar penilaian, masih terpengaruh dengan selera guru. Apalagi bila tulisan anak didik tidak mudah terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian nilai tanpa pemeriksaanpun dilakukan.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukaan tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Bila alat tes itu tidak valid dan tidak reliable, maka tidak dapat dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar.

8. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas masing-masing dan tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasa kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah tekhnik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif.
Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinyak. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama diantara anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh anak didik selama ulangan. Lebih merugikan lagi adalah sikap pengawas yang sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab item-item soal. Dengan dalih, karena koreksinya sistem silang, malu kebodohan anak didik diketahui oleh sekolah lain.
Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak, merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar di rumah dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan. Anak didik merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka tentu kecewa, mereka sedih, mereka berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana evaluasi yang kurang enak dipandang mata. Dimanakah penghargaan pengawas atas jerih payahnya belajar selama ini.
Dampak dikemudian hari dari sikap pengawas yang demikian, adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang memperhatikan penjelasan ketika belajar mengajar berlangsung. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap kualitas pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA 
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana.
Syah, Muhibbin,2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Sholihin, Muchlis, 2006. Psikologi Belajar PAI. Pamekasan : Stain Pamekasan Press.
Muhaimin, 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Isi Kurikulum 2013 - Mata Pelajaran Kurikulum 2013 SD,SMP,SMA

Kurikulum pendidikan di Indonesia bisa dibilang berubah-ubah dari tahun ke tahun. Tahun 2013 ini dipastikan akan digunakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013. Karakterisitik kurikulum 2013 akan mengalami banyak sekali perubahan, mulai tingkat SD sampai dengan SMA, beberapa mata pelajaran akan ditiadakan. Mulai tahun pelajaran ini (2013/2014), kurikulum SD/SMP/SMA/SMK mengalami perubahan-perubahan antara lain: mengenai proses pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.

Jika melihat perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia, terhitung sudah ada 5 kurikulum atau lebih yang terus berkembang mengikuti tuntutan perkembangan yang ada di Indoesia. Berikut ini perkembangan Kurikulum di Indonesia:



Jika kita lihat gambar di atas, terdapat lebih dari 5 model kurikulum yang telah digunakan oleh Indonesia.
1. Kurikulum Sekolah Dasar
2. Kurikulum Proyek Printis Sekolah Pembangunan (PSPP)
3. Kurikulum 1984
4. Kurikulum 1994
5. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
6. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
7. Kurikulum 2013

Beberapa hal yang baru pada kurikulum 2013 antara lain:

SD – MI (Sekolah Dasar - Madrasah Ibtidaiyah)

Kurikulum 2013 berbasis pada sains.
Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:
1. Pendidikan Agama
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. IPA
6. IPS
7. Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)
8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)
Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas IV, V,VI=36 jam
Download Kompetensi Dasar SD Kurikulum 2013 (Kemendikbud)

SMP – MTs (Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah)
Mata pelajaran SMP MTs kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. IPA
6. IPS
7. Bahasa Inggris
8. Seni Budaya (Muatan Lokal)
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
10. Prakarya (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit
Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam
Download Kompetensi Dasar SMP Kurikulum 2013 (Kemendikbud)

SMA – MA (Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah)
Mata pelajaran SMA – MA kurikulum 2013 sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2. PPKn
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Sejarah Indonesia
6. Bahasa Inggris
7. Seni Budaya (Muatan Lokal)
8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
9. Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan Lokal)
Alokasi waktu per jam pelajaran SMA = 45 menit
Banyak jam pelajaran per minggu SMA = 39 jam
Download Kompetensi Dasar SMA Kurikulum 2013 (Kemendikbud)

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2013


SAMBUTAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PADA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2013
KAMIS, 2 MEI 2013

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Hadirin, peserta upacara yang berbahagia,


Alhamdulillah, marilah kita senantiasa bersyukur ke hadirat Illahi Rabbi, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, kesehatan, dan kecintaan sehingga kita dapat melaksanakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2013, dalam keadaan sehat dan penuh semangat.

Melalui peringatan ini, perkenankan saya, atas nama Pemerintah ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh insan pendidikan, pemerintah daerah, organisasi yang bergerak di dunia pendidikan dan pemangku kepentingan lain atas segala ikhtiar, kepedulian dan perhatian yang diberikan dalam menumbuhkembangkan dunia pendidikan. Kita berdoa agar para tokoh dan pejuang pendidikan yang telah mendahului kita memperoleh tempat yang layak disisi-Nya dan kita semua yang saat ini memperoleh amanah untuk mengelola pendidikan diberi kekuatan, kecerdasan, dan kesabaran dalam mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik.

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan ”Selamat Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2013”. Semoga segala ikhtiar kita untuk memajukan dunia pendidikan menjadi semakin berkualitas dan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan semakin terbuka dan dapat segera terwujud.

Atas nama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, perkenankan saya menyampaikan permohonan maaf setulus-tulusnya atas persoalan penyelenggaraan Ujian Nasional Tingkat SMA sederajat tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini harus kita jadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.

Hadirin yang berbahagia,
Ibarat tubuh, agar tahan terhadap berbagai macam penyakit, haruslah daya imunitasnya ditingkatkan, satu di antara upayanya adalah melalui vaksinasi. Dalam perspektif sosial kemasyarakatan ada tiga penyakit sosial yang sangat besar dampak negatifnya yaitu (i) kemiskinan; (ii) ketidaktahuan; dan (iii) keterbelakangan beradaban. Bagaimana caranya menaikkan daya tahan (imunitas) sosial agar terhindar dari ketiga macam penyakit tersebut? Jawabannya adalah pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan dapat menjadi vaksin sosial.

Selain sebagai vaksin sosial, pendidikan juga merupakan elevator sosial untuk dapat meningkatkan status sosial. Dua hal itulah yang melatarbelakangi tema peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, yaitu ”Meningkatkan Kualitas dan Akses Berkeadilan”. Kita memerlukan vaksin dan elevator sosial itu sehingga kita terhindari dari tiga penyakit tersebut dan sekaligus mampu meningkatkan status sosial.

Tema itu merupakan cerminan dari jawaban terhadap tantangan, persoalan, dan harapan seluruh masyarakat dalam menyiapkan generasi yang lebih baik. Layanan pendidikan haruslah dapat menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan untuk semua (Education for All) tanpa membedakan asal-usul, status sosial, ekonomi, dan kewilayahan.

Hadirin yang berbahagia, 
UUD 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dasar dan negara wajib membiayainya (Pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945). Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah bersamasama masyarakat telah berusaha memenuhi amanat tersebut melalui pembangunan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, termasuk di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).

Akses pendidikan dipengaruhi oleh ketersediaan satuan pendidikan dan keterjangkauan dari sisi pembiayaan. Untuk itu, pemerintah terus menerus menyiapkan ketersediaan satuan pendidikan yang layak, terutama di daerah 3T, termasuk di dalamnya pengiriman guru melalui program Sarjana Mendidik di daerah 3T (SM3T). Dari sisi keterjangkauan pemerintah telah menyiapkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk pendidikan dasar dan menengah, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Bidik Misi dan Beasiswa. Pada tahun 2013 ini, telah disiapkan anggaran Rp 7,8 triliun untuk BSM.

Selama itu, sejak dua tahun terakhir, telah dibuka beberapa perguruan tinggi negeri (termasuk Akademi Komunitas) di daerah perbatasan dan di beberapa daerah yang dinilai strategis. Di samping sebagai upaya penyebaran pusat unggulan perguruan tinggi tersebut, juga berperan sebagai sabuk pengaman sosial dan politik bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, telah disiapkan kebijakan-kesempatan khusus bagi putra-putri Papua, Papua Barat, dan daerah 3T lain untuk menjadi mahasiswa di berbagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia melalui program afirmasi pendidikan tinggi (ADIK).

Dalam kesempatan ini pula saya ingin mengajak kepada semua pencinta dunia pendidikan untuk bersama-sama membuka posko anti drop out (DO) atau anti putus sekolah pada awal tahun pelajaran nanti. Kita ingin memastikan agar anak-anak kita dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama dari jenjang pendidikan dasar ke menengah.

Hadirin yang berbahagia,
Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan, insya Allah mulai tahun pelajaran 2013/2014 akan diterapkan Kurikulum 2013 untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah secara bertahap dan terbatas.

Bertahap, berarti kurikulum tidak diterapkan di semua kelas di setiap jenjang, tetapi hanya di kelas 1 (satu) dan kelas 4 (empat) untuk jenjang SD, dan kelas 7 (tujuh) untuk SMP, serta kelas 10 (sepuluh) untuk SMA dan SMK. Terbatas diartikan bahwa jumlah sekolah yang melaksanakannya disesuaikan dengan tingkat kesiapan sekolah.

Kurikulum 2013 ini dirancang untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Hal ini penting dalam rangka antisipasi kebutuhan kompetensi abad 21 dan menyiapkan generasi emas 2045.

Hadirin yang berbahagia,
Akhirnya, mari kita tingkatkan upaya dan keikhlasan kita dalam memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Saya ucapkan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional kepada semua pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, penggiat dan pecinta dunia pendidikan di seluruh tanah air. Semoga apa yang kita lakukan dalam dunia pendidikan selama ini, menjadi bagian dari amal ibadah kita. Amin. Terima kasih.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jakarta, 2 Mei 2013
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
 

Mohammad NUH 



Mengefektifkan Pembelajaran Dengan Memotivasi Siswa

Mengefektifkan Pembelajaran Dengan Memotivasi Siswa
OLEH: Dra. MUJINAH
(Guru SMA YPPK Taruna Dharma)

a. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu agar mencapai tujuan. Seseorang akan melakukan suatu perbuatan betapa pun beratnya jika ia mempunyai motivasi tinggi yang berasal dari diri sendiri atau dari luar. Demikian pula dalam belajar motivasi memegang peranan cukup besar terhadap pencapaian hasil belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar. Misalnya, ketertarikan pada mata pelajajaran, persepsi tentang manfaat belajar yang diperoleh, keinginan untuk berprestasi, rasa percaya diri, mencapai cita-cita.
Kemampuan dan potensi semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan hal penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik harus selalu dilakukan oleh guru.

b. Catatan Guru
Ada beberapa cara yang dapat dikembangkan oleh guru untuk memotivasi siswanya. Hal yang perlu dicatat oleh guru dalam memotivasi siswa Yaitu:
1. Membangun Hubungan Personal
Hubungan personal yang baik antara pengajar dengan siswa dapat menjadikan siswa terbuka dan mau mendengarkan apa yang kita katakan. Beberapa cara dapat ditempuh dalam membangun hubungan diantaranya:
  • Perlakukan siswa sebagai manusia sederajad; 
  • Mengetahui hal-hal yang disukai siswa, cara berpikir mereka, dan perasaan mereka mengenai segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan mereka; 
  • Mencari tahu faktor-faktor yang menghambat mereka dalam belajar.
2. Belajar dalam suasana yang menyenangkan
Suasana gembira dalam PBM akan menjadikan PBM lebih menyenagkan. Kegembiraan dapat membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, bahkan bisa mengubah sikap negatif siswa. Ciptakan suasana di kelas selalu menyenangkan baik di awal, ditengah, dan diakhir PBM.

3. Menggunakan Metode Pembelajaran Bervariasi
Guru hendaknya menggunakan metode mengajar yang bervarias agar mempertahankan motivasi siswa dalam PBM. Penyajian materi yang menarik dapat menimbulkan minat dan dorongan untuk belajar. Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Sebaliknya kegiatan yang monoton secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan sehingga motivasi dan semangat belajar menurun.

4. Kesempatan Menunjukkan Kemampuan Diri.
Berilah kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan dirinya. Misalnya, menyampaikan gagasan, pengalamannya, mempresentasikan hasil pengamatannya/ kegiatannya. Hal ini dapat menimbulkan percaya diri yang tinggi pada siswa sehingga ini sangat mempengaruhi keberhasilannya dalam belajar.

5. Memberikan penghargaan atau pujian.
Penghargaan atau pujian yang diterima membuat siswa merasa bangga, PD dan bahagia. Kemampuan siswa dapat meningkat karena adanya pengakuan dari guru atas prestasi yang diraihnya. Bukan berarti siswa yang tidak berprestasi tidak dihargai, berilah pujian dan penguatan apaun yang dicapai oleh siswa.
Pengakuan perlu diyatakan misalnya dengan pujian kata-kata: “Bagus”, “Hebat”, “Memuaskan”, “Calon Pemimpin masa depan”. Pemberian penguatan bisa disertai acungan jempol.

6. Merayakan keberhasilan
Kegiatan pembelajaran yang berhasil perlu dirayakan sendiri atau bersama untuk mengungkapkan rasa gembira. Ungkapan ini dapat dilakukan dengan bertepuk tangan, tos, melompat, bersorak dan lain-lain.

c. Pembelajaran Efektif
Proses pembelajaran Efektif berarti pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Proses pemberlajaran efektif akan menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung sesua tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, selain strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran juga ditentukan oleh siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam pembelajaran akan membangkitkan minat belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Teks

Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Pendekatan Teks

Penulis : Ester Lince Napitupulu | Selasa, 26 Februari 2013 | 21:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 dalam impelementasinya menggunakan pendekatan berbasis teks.

Dengan berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak saja hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud, Mahsun, di Jakarta, Selasa (26/2/2013), menjelaskan pada KTSP basisnya tidak pada teks, padahal pikiran yang lengkap, yang disampaikan orang dalam bahasa itu hanya dalam bentuk teks.

Mahsun menjelaskan, teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis seperti teks Pancasila, yang sering dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan.

"Teks itu adalah ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya," katanya. Teks, lanjut Mahsun, dibentuk oleh konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register atau ragam bahasa yang melatarbelakangi lahirnya teks tersebut.

"Register itu meliputi apa pesan yang akan disampaikan, kepada siapa pesan itu disampaikan, dan dalam format bahasa seperti apa pesan itu dikemas," kata Guru Besar Linguistik Universitas Mataram itu.

Semua pelajaran bahasa Indonesia mulai jenjang sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah atas (SMA) berbasis teks. Di jenjang SD sebanyak 30 jenis, SMP 45 jenis, dan SMA 60 jenis.

"Ketika (siswa) sudah selesai mengetahui bagaimana susunan teks itu maka selesailah (pelajaran) bahasa Indonesia. Jadi setiap kompetensi dasar ada indikator penilaiannya," katanya.

"Di kelas IV SD, siswa sudah mulai belajar cerpen. Bahasa sastra sebagai bahan pembelajaran ini akan membuat mata pelajaran menarik," kata Mahsun.

-----------------------------------------
Sumber: Kompas.Com
Berita Lengkap: http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/26/21303951/ Pembelajaran.Bahasa.Indonesia.Menggunakan.Pendekatan.Teks
 

Jadwal Ujian Nasional 2012/2013

Jadwal Ujian Nasional 2012/2013 dikutip dari halaman pengumuman Kemdiknas.

Bagi siswa/siswi yang sebentar lagi menghadapi Ujian Nasional semoga dengan beredarnya Jadwal Ujian Nasional 2012/2013 ini akan lebih terfokus untuk giat belajar demi mempersiapkan diri semaksimal mungkin dalam menghadapi UN tersebut, sehingga dapat mencapai kelulusan dengan nilai yang sangat memuaskan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berikut adalah Jadwal Ujian Nasional 2012/2013 :

SMA dan MA
 
Paket C



 

Struktur Kurikulum 2013

Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran.





Pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik ini menjadi penting. Tabel 1 menunjukkan dasar pemikiran perancangan struktur kurikulum SD, minimal ada sebelas item. Sementara dalam rancangan struktur kurikulum SD ada tiga alternatif yang di mesti kita berikan masukan.

Di jenjang SMP usulan rancangan struktur kurikulum diperlihatkan pada tabel 2. Bagaimana dengan jenjang SMA/SMK? Bisa diturunkan dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah ditentukan, dan juga perlu diberikan masukan.

Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013

ADA pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan, sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”.

Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.

Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.

Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah.

Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai proses menuju tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Tanpa adanya tujuan yang jelas akan menimbulkan kekaburan atau ketidakpastian, maka tujuan pendidikan merupakan faktor yang teramat penting dalam proses pendidikan.

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tujuan pendidikan agama Islam, maka berikut ini akan penulis kemukakan pendapat beberapa ahli mengenai tujuan pendidikan agama Islam:
  1. Menurut Ahmad D. Marimba (dalam Umi Uhbiyat) tujuan pendidikan Islam adalah mencakup tujuan sementara dan tujuan akhir pendidikan Islam. Untuk mencapai tujuan akhir pendidikan harus dilampaui terlebih dahulu beberapa tujuan sementara. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.[1]
  2. Menurut M. Athiyah Al-Abrasy, bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah “pembentukan akhlakul karimah”.[2]
  3. Zakiah Daradjat, bahwa tujuan pendidikan agama adalah meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.[3]

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah:
Memahami ajaran-ajaran Islam secara sederhana dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan masyarakat dan hubungan dengan sekitarnya serta dapat membentuk pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.


---------------------------------------------
[1] Nur Uhbiyati,Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 30
[2] M.Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 10.
[3] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 30

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Untuk memahami pengertian pendidikan agama Islam ini secara mendalam, maka penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang pendidikan agama Islam sebagai berikut:

Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam atau At-Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.[1]

Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba (dalam Umi Uhbiyat) pendidikan Islam adalah: bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kepribadian utama menurut ukuran Islam.[2]

Pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan karakter.[3]

Ditinjau dari beberapa definisi pendidikan agama Islam di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
  1. Segala usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama Islam.
  2. Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui latihan-latihan akal pikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan serta panca indra) dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
  3. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh diluar) baik secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara utuh dan benar. Yang dimaksud utuh dan benar adalah meliputi Aqidah (keimanan), Syari’ah (ibadah muamalah) dan akhlaq (budi pekerti).

---------------------------------------------------------
[1] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 86.
[2] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hlm. 9.
[3] Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: Universitas Malang, 2004), hlm.1.

Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang akan melaksanakan pendidikan Islam. Beberapa ahli pendidikan menjelaskan tentang tujuan pendidikan Islam, diantaranya:

Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan pendidikan yaitu sementara dan akhir. Tujuan sementara pendidikan islam yaitu tercapainya tingkat kedewasaan baik jasmaniah maupun rohaniah. Dewasa jasmaniah adalah apabila anak telah baligh dengan cirri-ciri : pertama, laki-laki berumur 15 tahun, perempuan berumur 9 tahun. Kedua, haid bagi perempuan. Sedangkan dewasa rohaniah apabila ia telah dapat memilih sendiri, memutuskan sendiri dan bertanggung jawab sendiri sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim. Kepribadian muslim disini adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan dan mencerminkan ajaran Islam.
  1. Aspek-aspek kejasmanian; meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar. Misalnya : cara-cara berbuat, cara-cara berbicara dan lain sebagainya.
  2. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek yang tidak segera dapat dilihat dan tidak ketahuan dari luar. Misalnya : cara berfikir, bersikap (pendirian atau pandangan dalam menghadapi seseorang atau suatu hal) dan minat.
  3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur; meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini meliputi system dan nilai-nilai yang telah meresap di dalam kepribadian itu, yang telah menjadi bagian dan mendarah daging dalam kepribadian itu yang mengarahkan dan member corak seluruh kepribadian individu itu. Bagi orang yang beragama, aspek-aspek inilah yang menuntunnya kearah kebahagiaan di dunia dan di akhirat, aspek-aspek ini yang member kwalitet kepribadian keseluruhannya.(1)
Menurut Imam Al Ghazali tujuan pendidikan Islam adalah membina insane paripurna yang taqarub kepada Allah, bahagia di dunia dan di akhirat. Dan orang yang rajin mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ilmu pula dapat mengantarkan kepada pembentukan insane paripurna.

Prof. Dr. M. Athiyah Al Abrasyi mengemukakan tentang tujuan pendidikan Islam dalam satu kata yaitu fadhilah/ keutamaan. Kemudian dalam uraiannya yang dimaksud adalah:

Para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akhlaq dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pola adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Beliau juga mengutip pendapat Al Ghazali: “tujuan pendidikan adalah mendekatkan diri pada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megahan dan janganlah seorang pelajar itu belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang bodoh atau bermegah-megahan dengan kawan”.(2)

Dr. Oemar Al Taumy menyatakan sebagai berikut: “Tentang tujuan-tujuan individual yang ingin dicapai oleh PI, maka pada keseluruhannya berkisar pada pembinaan pribadi muslim yang berpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau dengan lebih jelas lagi, ia berkisar padakeseluruhannya pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya kepada Tuhan dan agama-Nya, sehat jasmani berimbang dalam motivasi-motivasi, emosi dan keinginan-keinginannya, sesuai dengan dirinya dan orang lain, bersenjatakan ilmu pengetahuan, memiliki alat-alatnya yang asasi, luas pengetahuan dan sadar akan masalah-masalah masyarakat bangsa dan zamannya, halus perasaan seninya dan sanggup merasakan keindahan dalam segala bentuk dan coraknya, menggunakan masa luangnya dengan kebijakan dan berfaedah, mengetahui hak dan kewajibannya, memikul tanggung jawab terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan seluruhnya dengan kesadaran, dengan keikhlasan dan kebolehan, menghargai kepentingan kehidupan keluarga secara khas dan bersedia memikul tanggung jawab yang berkorban untuk meneguhkan dan memperkuatnya”.(3)

Abdul Fathah Jalal dalm bukunya yang berjudul Min Usulit Tarbiyati Fil Islam yang dialih bahasakan oleh Drs. Herry Noer Ali menyatakan tujuan PI yaitu menjadikan manusia sebagai abdi Allah atau hamba Allah SWT yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asma Allah SWT dengan meneladani Rasulullah SAW, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.

Drs. Udin Syarifuddin Winataputra MA dan Drs. Rustana Ardiwinata, menyatakan bahwa tujuan pendidikan itu identik dengan tujuan hidup manusia. Dalam memperkuat pendapatnya mereka berpedoman pada Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “ Dan aku (Allah) tidak menjadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Aku”. (Adz-Dzariyat : 57)

Mereka juga menyitir pendapat M. Naatsir yang mengatakan: “ Menyembah Allah itu melengkapi semua ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi , yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah untuk kemenangan dirinya dalam arti yang seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia. Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.

Memperhambakan diri kepada Allah untuk mencari keridhaan Ilahi merupakan tujuan umum dari risalah. Dengan demikian hal itupun merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh PI. Tujuan itu dapat dijabarkan ke dalam tiga aspek:

1. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliqnya. Semakin dekan dan terpelihara hubungan ini akan semakin tumbuh dan berkembang keimanan seseorang dan semakin terbuka pulalah kesadaran akan penerimaan rasa ketaatan dan ketundukan kepada segala perintah dan larangan-Nya, sehingga dengan demikian peluang untuk memperoleh kejayaan semakin menjadi terbuka.

2. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia yang senantiasa dikembangkan terus. Disinilah terjadi interaksi antara sesame manusia, baik dengan muslim maupun bukan, sehingga tampak citra Islam dalam masyarakat yang ditunjukkan oleh tingkah laku pemiliknya.

3. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan kedua – duanya sejalan dan berjalin dalam diri pribadi. Ini berarti upaya yang berarti terus menerus untuk mengenal dan memperbaiki diri. Upaya mengenal, memperbaiki diri mengaktualisasikan kedua aspek tersebut di atas secara rinci seimbang dan selaras dalam bentuk tindakan dan kegiatan sehari – hari member petunjuk atas sejauh manakah tingkat hambah Allah itu tetap dicapai seseorang.

Perwujudan ketiga aspek tujuan tersebut dalam diri seseorang hanya dimungkinkan dengan penguasaan ilmu. Tanpa ilmu berarti seseorang itu belum siap atau belum patut untuk menyandang gelar hambah Allah. Ilmu disini meliputi segalah dan seluruh ilmu pengetahuan dapat dicapai oleh manusia. Islam tidak memilah – milahkan dan memisahkan antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama. (4)

Kongres PI sedunia di Islamabad tahun 1980 menetapkan sebagai berikut ;
Education should aim at the balanced growth of total personality of man thought the training of man screwdriver spirit, intellect the rational self, feeling and bodily sense. Education should there fore cater for the growth of man in all its aspect, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community aqnd humanity at large.

Keputusan seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 7 – 11 Mei 1960 di Cipayung Bogor, menetapkan sebagai berikut :
Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.(5)

Prof. H. M. Arifin M.Fd. menyatakan bahwa, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan dirinya kepada khaliqnya dengan sikap dan kepribadian bulan yang merujuk kepada penyerahan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan, duniawiah dan ukhrawiah. Atau mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim yang bulat lahiriah dan batiniah yang mampu mengapdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. (6) 

Berdasarkan beberapa rumusan tujuan pendidikan Islam tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah : “membentuk manusia muslim sempurna yakni berkepribadian mulia, sehat jasmani dan rahani, cerdas dan pandai, bertaqwa kepada Allag SWT”.

---------------------------------
(1) Drs. A.D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT. Alma'arif, Bandung, 1980, hal : 6
(2) Prof. Dr. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok PI, Bulan Bintang, Jakarta, 1970
(3) Drs. Muhammad Zain, Materi Filsafat pendidikan Islam, Yogyakarta, 1985, hal : 18-19
(4) Drs. Udin Sarifudin Wirnaputra, MA dan Rustana Andiwinata, Materi Pokok Perencanaan Pengajaran, ditjen bimbingan agama Islam & UT, 1991, hal : 120-121
(5) Prof. H. M. Arifin M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hal ; 38-39
(6) Ibid, hal ; 237

--------------------------------------------------------------------------------
Sumber : Diktat "Ilmu Pendidikan Islam" Oleh : ST. Suwaibatul Aslamiyah, S.Ag
Universitas Islam Lamongan


Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan dibedakan menjadi empat yaitu tujuan umum, tujuan operasional, tujuan sementara dan tujuan akhir.

1.Tujuan umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dari semua kegiatan pendidikan. Baik dari pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan seperti sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan.

Tujuan umum pendidikan harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara tempat pendidikan itu dilaksanakan serta harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan pendidikan umum ini hanya dapat dicapai setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah atau madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan pembelajaran.

2.Tujuan oprasional

Tujuan oprasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapakan dan diperkirakan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan oprrasional. Dalam pendidikan formal, tujuan oprasional ini disebut juga tujuan pembelajaran yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus (TPU dan TPK). Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unut kegiatan pengajaran.

Dalam tujuan oprasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan ketrampilan tertentu. Sifat oprasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Misalnya pada masa permulaan yang penting adalah anak didik maupun terampil berbuat baik, perbuatan itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainnya. Kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada anak didik merupakan sebagian kemampuan dan ketrampilan insane kamil dan ukuran anak, yang menuju pada insane kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak harus terampil melakukan ibadat (sekurang-kurangnya ibadat wajib), meskipun belum memahami dan menghayati ibadat itu.

3.Tujuan sementara


Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan oprasional dalam bentuk tujuan pembelajaran dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus (TPU dan TPK) dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.

Pada tujuan sementara bentuk insane kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dengan ukuran beberapapun cirri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan seolah-olah merupakan lingkaran yang pada tingkat yang paling rendah merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkat pendidikannya lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan.

4. Tujuan Akhir

Tujuan akhir pendidikan menurut islam dapat difahami dari firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (berserah diri kepada Allah)”. (Q.S. Ali Imran 102)

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan ujung dan akhir dari proses hidup dan ini merupakan isi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan yang dapat dianggap sebagai tujuan akhir.Insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan akhir pendidikan menurut Islam.


-----------------------------------------------------------------------------------
Sumber : Diktat "Ilmu Pendidikan Islam" Oleh : ST. Suwaibatul Aslamiyah, S.Ag
Universitas Islam Lamongan

Fungsi Tujuan Dalam Proses Belajar Mengajar

Sebagaimana diketahui bahwa belajar mengajar adalah suatu kegiatan bertujuan, dengan pengertian kegiatan yang terikat oleh tujuan, terarah pada tujuan, dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. dengan demikian merumuskan tujuan yang akan dicapai adalah merupakan aspek terpenting yang harus diperhatikan guru dalam mengajar.

Taraf pencapaian tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah merupakan petunjuk praktis tentang sejauh manakah proses belajar mengajar itu harus dibawa untuk mencapai tujuan yang terakhir. Hal yang demikian berlaku umum bauk dalam pendidikan keluarga maupun pendidikan sosial masyarakat, organisasi dan sekolah.

Setuap cabang pendidikan mempunyai pedoman umum tentang tujuan akhur yang akan dicapai. Tujuan pendidikan sebagai peraturan perindang-undangan.seperti di Indonesia telah ditetapkan dasar, tujuan,dan sistem pendidikan nasional.dari peraturan perundang-undangan itu diperinci ketentuan-ketentuan bagi tujuan bagi lembaga-lembaga pendidikan tertentu.

Dalam hal ini diperlukan cara kerja yang efektif dan efisien,agar semua tujuan dapat tercapai. Salah satu cara yang telah diwujudkan dalam bentuk organisasi organisasi dan pengaturannya yang fundamental dan sistematis adalah berupa sistem penilaian atau evaluasi. Evaluasi ini digunakan ntuk mencapai tujuan baik dari murid maupun dari fihak guru. Dengan pengetuan lal bahwa evaluasi mempunyai arti diagnostik, yakni mencari dan menetapkan sebab-sebab kegagalan untuk diadakan perubahan dan perbaikan sehingga tidak semata-mata menentikan lulus atau tidak lulus.

Hubungan evaluasi/penilaian dengan seluruh proses belajar mengajar terlihat pada langkah-langkah beriku :
  1. menetapkan tujuan yang hendak dicapai 
  2. mempersiapkan pengalaman dan kegiatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan. 
  3. menilai dengan yakin bahwa hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Untuk dapat menjadikan tujuan tertentu sebagai petunjuk operasional, diperlukan rumusan tujuan secara lebih khusus. Rumusan tujuan harus dipusatkan pada perubahan tingkah laku anak didik. Dan selanjutnya menempatkan tujuan fungsional sebagai tujuan akhir.

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam

Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam
Agama Islam adalah universal yang mengajarkan pada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan pada umatnya untuk melaksanakan pendidikan karena menurut ajaran Islam pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi, demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dalam kehidupannya. Bahkan apabila dikaji secara teliti,islam merupakan agama ilmu(akal) dan agama amal.Karena itu islam selalu mendorong umatnya mempergunakan akalnya guna menuntut ilmu pengetahuan,agar dengan demikian mereka dapat mengetahui dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.Allah berfirman:

اقرأباسم ربك الذى خلق , خلق الانسان من علق , اقرأوربك الاكرم , الذى علم بالقلم , علم الانسان ما لم يعلم (العلق 5-1

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Q.S.Al alaq : 1-5).


كبر مقتا عند الله ان تقولوا ما لا تفعلون (الصف : 3

“Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan”.(Q.S.As Shaf : 3).

Berdasarkan penjelasan diatas maka ilmu pendidikan islam perlu dipelajari dan diajarkan kepada para pembina atas dasar hal-hal sebagai berikut:

  1. Hakekat pendidkan islam adalah proses membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak agar menjadi manusia dewasa sesuai dengan tujuan pendidikan islam.
  2. Asas pendidikan islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam peri kehidupan yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrowi, jasmani dan rohani atau antara kehidupan materiil dan mental spiritual. Asas-asas yang lain dalam pelaksanaan operasional seperti asas adil dan merata, asas menyeluruh dan asas integralitas, adalah dijadikan pegangan dalam pendidikan praktis sesuai pandangan teoritis yang dipegangi.
  3. Modal dasar pendidikan islam adalah kemauan dasar (fitrah) untuk berkembang dari masing-masing pribadi manusia sebagai karunia Tuhan. Kemampuan dasar ini merupakan potensi mental spiritual dan fisik yang diciptakan Tuhan sebagai fitrah yang tidak dapat dirubah atau dihapus oleh siapapun, akan tetapi dapat diarahkan perkembangannya dalam proses pendidikan dan sampai titik optimal yang berakhir pada takdir Tuhan. Bagi masing-masing manusia melainkan watak kepribadian akibat berbedanya kemampuan dasar dan keturunan dipandang sebagai realitas individual yang menuntut kesempatan berkembang melalui proses pendidikan yang tepat dan akurat. Tanpa penyediaan kesempatan yang cukup memadai maka kemampuan dasar tersebut tidak akan mengalami perkembangan yang progresif vertical dan horizontal secara normal dan optimal. 
  4. Saran strategis pendidikan islam adalah memanamkan dan mengembangkan nilai – nilai agama dan nilai – nilai ilmu pengetahuan. Secara mendalam dan meluas dalam pribadi anak didik, sehingga akan terbentuklah dalam dirinya, sikap beriman dan bertaqwa dengan kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari – hari. Dengan istilah lain sasaran pendidikan Islam adalah mengintregrasikan iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dalam pribadi muslim untuk mewujudkan kesejahteraan kehidupan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.