Penerapan (Implementasi) Strategi PAIKEM,
Cara melaksanakan PAIKEM mencakup berbagai kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, kemampuan yang seyogianya dikuasai guru untuk menciptakan keadaan yang sebaik-baiknya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien lebih – lebih terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented)
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan :
Dalam system ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur strategi ini adalah :
a. Preparasi
Guru mempersiapkan ( preparasi ) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
b. Apersepsi
Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan
c. Presentasi
Guru menyajikan ( presentasi ) bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.
d. Resitasi
Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang telah dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan atau mengulang kembali dengan kata – kata sendiri ( resitasi ) tentang pokok – pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan[1].
2. Strategi yang berpusat pada peserta didik ( student centre oriented )
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry), Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan :
a. Karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. Sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. Jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. Materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. Alokasi waktu cukup tersedia.
Discovery inquiry atau enquiry discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam system belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedur strategi ini adalah :
a. Simulation
Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengar uraian yang memuat permasalahan.
b. Problem statement
Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan ( statement ) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajuakan.
c. Data collection
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesisi itu, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan ( collection ) berbagai informasi yang releven, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
d. Data processing
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification atau pembuktian
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization
Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
System belajar yang dikembangkan ini menggunakan landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik bersangkutan lebih jauh dapat menumbuhkan motivasi intrinsic, karena anak didik merasa puas atas penggunaanya sendiri.
Pendekatan belajar mengajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya adalah memekan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauhan dan kekaburan atas materi yang dipelajari[2].
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, demonstrasi dan sebagainya.
Mengingat banyaknya ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam PAIKEM, seorang guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal. Adapun ragam strategi yang dapat diterapkan dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM adalah sebagai berikut :
a. Mind Mapping
Langkah-langkah:
b. Snowball Throwing
Langkah-langkah:
c. Cooperatif Integrated Reading And Composition (Circ)
Langkah-langkah:
d. Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Phare-Share ) TPS
TPS dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.
Tahap 1: Thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan jawabannya sendiri.
Tahap 2: Pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.
Tahap 3: Sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.
e. Penomoran-Berpikir-Bersama ( Numbered-Head-Together )
NHT Struktur empat langkah NHT :
Tahap 1: Penomoran, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok diberi nomor.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.
Tahap 3: Berpikir bersama, siswa berdisksusi tentang jawaban pertanyaan.
Tahap 4: Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu. Siswa nomornya sesuai dapat menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
f. Numbered heads together
Langkah-langkah sebagai berikut:
g. Cooperative script
Langkah-langkah sebagai berikut
1. Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;
2. Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya;
3. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
6. Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru;
7. Penutup
h. Kepala bernomor struktur
Langkah-langkah sebagai berikut:
i. Student teams-achievement divisions (STAD)
Langkah-langkah sebagai berikut:
j. Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah sebagai berikut:
k. Problem-based instructions (PBI)
Langkah- langkah sebagai berikut:
-----------------------------------------
[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), 21.
[2] ibid, Hal, 19-20.
Cara melaksanakan PAIKEM mencakup berbagai kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada saat yang sama, kemampuan yang seyogianya dikuasai guru untuk menciptakan keadaan yang sebaik-baiknya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien lebih – lebih terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
- Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
- Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
- Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
- Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
- Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
1. Strategi yang berpusat pada guru (teacher centre oriented)
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori, pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan :
- Karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
- Sumber referensi terbatas;
- Jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
- Alokasi waktu terbatas; dan
- Jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
Dalam system ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur strategi ini adalah :
a. Preparasi
Guru mempersiapkan ( preparasi ) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.
b. Apersepsi
Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan
c. Presentasi
Guru menyajikan ( presentasi ) bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri.
d. Resitasi
Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai dengan bahan yang telah dipelajari atau anak didik disuruh menyatakan atau mengulang kembali dengan kata – kata sendiri ( resitasi ) tentang pokok – pokok masalah yang telah dipelajari, baik yang dipelajari secara lisan maupun tulisan[1].
2. Strategi yang berpusat pada peserta didik ( student centre oriented )
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri (discovery inquiry), Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan :
a. Karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. Sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. Jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. Materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. Alokasi waktu cukup tersedia.
Discovery inquiry atau enquiry discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam system belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedur strategi ini adalah :
a. Simulation
Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengar uraian yang memuat permasalahan.
b. Problem statement
Anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan ( statement ) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajuakan.
c. Data collection
Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesisi itu, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan ( collection ) berbagai informasi yang releven, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
d. Data processing
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification atau pembuktian
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f. Generalization
Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
System belajar yang dikembangkan ini menggunakan landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik bersangkutan lebih jauh dapat menumbuhkan motivasi intrinsic, karena anak didik merasa puas atas penggunaanya sendiri.
Pendekatan belajar mengajar ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya adalah memekan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauhan dan kekaburan atas materi yang dipelajari[2].
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh, oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, demonstrasi dan sebagainya.
Mengingat banyaknya ragam strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam PAIKEM, seorang guru diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal. Adapun ragam strategi yang dapat diterapkan dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM adalah sebagai berikut :
a. Mind Mapping
Langkah-langkah:
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa
- Membentuk kelompok
- Setiap kelompok menginventarisasi alternatif jawaban hasil diskusi
- Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis serta mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
- Data data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
b. Snowball Throwing
Langkah-langkah:
- Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
- Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil wakil kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
- Wakil kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
- Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh guru
- Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari siswa ke siswa yang lain
- Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan tertulis dalam bola kertas secara bergantian
- Penutup
c. Cooperatif Integrated Reading And Composition (Circ)
Langkah-langkah:
- Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang heterogen
- Guru memberikan wacana atau kliping sesuai topik pembelajaran
- Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana kliping dan ditulis pada selembar kertas
- Mempresentasikan/membacakan hasil kerja kelompok
- Guru membuat kesimpulan bersama
- Penutup
d. Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Phare-Share ) TPS
TPS dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.
Tahap 1: Thinking, guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, siswa diminta memikirkan jawabannya sendiri.
Tahap 2: Pairing, siswa berpasangan untuk mendiskusikan yang dipikirkan pada tahap 1.
Tahap 3: Sharing guru meminta pasangan siswa berbagi dengan seluruh kelas tentang yang mereka diskusikan. Dilakukan bergiliran.
e. Penomoran-Berpikir-Bersama ( Numbered-Head-Together )
NHT Struktur empat langkah NHT :
Tahap 1: Penomoran, guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok diberi nomor.
Tahap 2: Mengajukan pertanyaan, guru memberikan pertanyaan kepada masing-masing siswa.
Tahap 3: Berpikir bersama, siswa berdisksusi tentang jawaban pertanyaan.
Tahap 4: Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu. Siswa nomornya sesuai dapat menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
f. Numbered heads together
Langkah-langkah sebagai berikut:
- Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor;
- Guru memberi tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya;
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;
- Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka;
- Tanggapan dari teman yang lain ditampung, kemudian guru menunjuk nomor yang lain;
- Simpulan.
g. Cooperative script
Langkah-langkah sebagai berikut
1. Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;
2. Guru membagikan wacana/materi dan siswa membaca dan membuat ringkasannya;
3. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain yang berperan sebagai pendengar;
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
- Sementara itu, para siswa pendengar:
- Menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap;
- Membantu mengingat / menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
6. Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru;
7. Penutup
h. Kepala bernomor struktur
Langkah-langkah sebagai berikut:
- Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan setiap siswa anggota kelompok mendapat nomor;
- Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal, dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya;
- Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka;
- Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain;
- Simpulan.
i. Student teams-achievement divisions (STAD)
Langkah-langkah sebagai berikut:
- Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);
- Guru menyajikan pelajaran;
- Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu paham;
- Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis para siswa tidak diperbolehkan saling membantu;
- Memberi evaluasi;
- Simpulan.
j. Jigsaw (Model Tim Ahli)
Langkah-langkah sebagai berikut:
- Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang terdiri atas 4 siswa;
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda;
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan;
- Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka;
- Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh;
- Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;
- Guru memberi evaluasi;
- Penutup.
k. Problem-based instructions (PBI)
Langkah- langkah sebagai berikut:
- Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih;
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhu- bungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadual, dll.) ;
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa- lah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah ;
- Guru membantu siswa dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya ;
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
-----------------------------------------
[1] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), 21.
[2] ibid, Hal, 19-20.
0 komentar:
Post a Comment