Abul-Hasan Asysyadzily berkata : "Larilah dari kebaika / bantuan orang, melebihi dari larimu dari kejahatan orang kepadamu, sebab kebaikan orang itu langsung membahayakan hatimu sedang kejahatan mereka hanya membahayakan jasmanimu, dan bahaya jasmani itu lebih ringan dari pada bahaya hati. Bahaya kebaikan orang kepadamu, jika kamu jinak, senang, menyandar dan berharap kepada mereka".
Apabila kita mendapatkan pujian dari orang janganlah merasa senang, menghindarla dari pujian-pujian itu, sebab merasa senang dengan pujian orang terhadap diri kita, berarti kita telah mengizinkan (memberi kesempatan) kepada setan untuk masuk dan merusak iman dan fikiran kita. Dengan Pujian kita bisa menjadi sombong, merasa sudah sempurna, merasa paling baik, merasa sudah layak untuk di puji dan di agung - agungkan.
Jangan sampai kita tertipu oleh pujian orang - orang yang tidak mengetahui hakikat diri kita, sehingga seolah-olah merasa sudah sempurna dan merasa layak dipuji. Jika kita dipuji sebaiknya mengedepankan kepada Allah dengan berdo'a,
اللهم اجعلنى خيرا مما يظنـون واغـفـرلى مالايعـلمون ولا تـؤاخـذ نى بمايـقولون
Seorang mukmin yang sesungguhnya ialah tidak merasa dirinya mempunyai sifat - sifat yang layak untuk dipuji, sebab ia hanya merasa mendapat karunia Allah jika ia dapat berbuat sesuatu yang baik, dan sama sekali bukan dari usaha kekuasaan dan kehendak sendiri.
Kajian Kitab Al-Hikam
terima kasih,,,
ReplyDelete