Sukar untuk dibeda- bedakan antara ayah dan ibu keduanya harus kita muliakan. Jangan sampai kita berbuat baik hanya kepada ayah saja atau hanya kepada ibu saja. Kalau kita mempunyai sebagian rizki dari Allah, kita ingin memberi kepada orang tua kita, maka sebaiknya kedua-duanya turut merasakan senang dan bahagianya si anak. Akan tetapi dalam kehidupan kita terdapat suatu waktu yang kita harus mendahulukan salah satu, ayah dulu atau ibu dulu. Umpamanya kalau kita baru datang dari bepergian, atau kalau kita yang berumah tangga (berkeluarga sudah berumah pisah dengan orang tua), kita berkunjung kepada orang tua, dirumah ada ayah dan ibu berdua dan family, kepada siapa dulu kita sungkem atau cium tangan? Atau kita baru pulang dari shalat idul fitri dari masjid, kita datang ke rumah. Ibu dan ayah duduk di kursi. Kepada siapa dulu kita cium tangan dan sungkem mohon maaf? Kepada ayah dulu atau ibu dulu?
Mungkin ada yang beranggapan bahwa ayah yang lebih di hormati lebih dulu dari pada ibu karena beranggapan bahwa ayah yang berusaha mencari nafkah. Ayah yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Ayah menjadi pejabat dihormati di daerahnya, dan sebagainya, yang anggapan masyarakat tentang seseorang si ayah lebih tinggi pangkat dan derajadnya dari pada si ibu. Dalam hal hubungan di masyarakat terhadap seseorang berbeda dengan hubungan si anak terhadap orang tuanya antara si ibu dan si ayahnya.
Walaupun si ayah mencari nafkah dan ibu tinggal di rumah mengurus rumah tangga, tidak berarti nilai si ibu lebih rendah daripada si ayah. Sebab kebahagiaan rumah tangga terdapat apabila antara suami dan istri hidup harmonis dalam melaksanakan kewajibannya masing – masing. Ada yang harus dikerjakan oleh si ibu yang si ayah tidak bisa, dan ada yang harus dikerjakan oleh si ayah yang si ibu tidak bisa. Dalam pembagian tugas ini apabila dilakukan secara harmonis akan terdapat keserasian dan kepatutan dan kerukunan.
Dalam hubungan dengan anak, maka ada hal – hal yang orang tua antara ibu dan ayah berbeda pengorbanannya dan perasaan kasih sayangnya. Pada umumya hubungan ibu terhadap anak berbeda dengan hubungan ayah terhadap anak. Hal itu dapat kita lihat dan rasakan sendiri bahwa hubungan antara ibu dengan anak cenderung lebih dekat, dari pada hubungan seorang anak dengan ayahnya. Misalnya saja kalau ada suatu persoalan pribadi si anak lebih berani curhat kepada si ibu, misalnya lagi minta sesuatu untuk kebutuhan, si anak lebih berani mengadu kepada ibunya daripada kepada ayahnya.
Dalam proses kejadian manusia melalui ayah dan ibu, mulai terjadi pembuatan (Talqiih an-Nuthfah wal Buwaidah) terjadi dalam rahim si ibu. Kemudian ibu yang mengandungnya selama (umumnya) Sembilan bulan, dengan susah payah. Susah memikirkan bagaimana keselamatan anaknya tidak normal, apalagi apabila kandungannya sudah tua. Payah badannya dalam bergerak, berjalan dan dalam segala keadaannya. Semua ini dirasakan oleh si ibu, tidak dirasakan si ayah. Kemudian diwaktu melahirkan si ibu berhadapan dengan maut. Setelah melahirkan si ibu harus menyusuinya selama dua tahun untuk sempurnanya. Menyusui dengan ASI (Air Susu Ibu) itulah yang terbaik menurut ilmu kesehatan dan kejiwaan, Allah berfirman :
Yang artinya : “dan kami amanatkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapaknya, ibu telah mengandungnya dalam keadaan susah payah (lemah bertambah lemah) dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman :14)
Demikian pula firman Allah “
“para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah member makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf”. (QS. Al-Baqoroh : 233)
Di waktu menyusui ketika si anak masih kecil, yang banyak terlibat adalah si ibu. Mulai di kandungan sampai bayi dua tahun si anak selalu lekat dengan ibu. Maka peranan ibu terhadap anaknya sangat besar yang tak dapat dinilai dengan materi. Demikia pula kasih sayang si ibu terhadap anak yang di lahirkannya, seperti pada dirinya sendiri.
Barang kali oleh karena itu semua, maka ajaran Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah, seorang anak harus berbuat baik kepada ibunya dulu baru kemudian kepada ayahnya, seperti dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah :
“seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, kepada siapakah saya harus berbuat baik?” Jawab Rasulullah : “kepada ibumu”. Sahabat bertanya lagi : “kemudian kepada siapa lagi?” jawab Rasulullah : “Kepada Ibumu”. Kemudian sahabat bertanya lagi : “kemudian kepada siapa lagi?” jawab Rasulullah : “kepada Ibumu”. Kemudian sahabat bertanya lagi : “kemudian kepada siapa?” jawab Rasulullah : ‘kepada Bapakmu”.
Dalam hadits tersebut di atas dan hadits – hadits lainnya yang semakna, bahwa seseorang berbuat baik, setelah kepada Allah, kepada ibunya dulu (Rasulullah menjawab sampai 3 kali : kepada ibumu, kepada ibumu, kepada ibumu, kemudian kepada bapakmu). Ini menunjukkan bahwa kepada ibu harus didahulukan daripada kepada ayah.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya”
ReplyDelete(Qs al-Isra’ : 23)
Dalam berbakti, kadang timbul kebingungan, mana yang harus didahulukan, tetapi bila keimanan adalah landasan, semua menjadi jelas. mahabah dan mawadah kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad fi sabilillah adalah prioritas pertama. Setelah itu, yang menempati prioritas paling utama di dunia adalah orang tua. Birrul walidain adalah wujud ketaatan dan kecintaan seseorang kepada Allah dan RasulNya. Ketika prioritas itu dilandasi mahabatullah, ikhlas meraih ridhaNya, Allah tidak akan menyia-nyiakan amalannya, dikabulkan do’anya, dan dimudahkan urusannya.
Dari Abu Hurairah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang lebih berhak kubaktikan dengan baik?” Rasul menjawab, “Ibumu”, jawab Rasul, “Lalu siapa lagi?”, “Ibumu”, jawab Rasul. “Kemudian siapa?” Rasul menjawab, “Ibumu,” Ia kembali bertanya, “Lantas siapa lagi?” Rasul menjawab, “Ayahmu”
(HR Bukhari-Muslim)
Dalam berbakti, Allah dan Rasul mengutamakan ibu atas ayah. Mengapa bakti ibu lebih utama? Islam memberikan penghormatan karena kedekatan perasaan ibu terhadap anaknya. ibu lebih baik dalam merawat dan mengasuh anaknya daripada seorang ayah. Bentuk lain penghormatan agung terhadap ibu adalah ibu (perempuan) lebih berhak atas anak laki-lakinya, meski ia telah menikah.
Dari ‘Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah SAW “Siapakah yang paling berhak atas seorang wanita?” Rasul menjawab, “Suaminya.” “Dan siapa yang paling berhak atas suami?”. Rasul menjawab “Ibunya”
(HR Hakim dan al-Bazzar, hadits hasan)
Terimakasih ustadz atas tambahan ilmunya,,,salam kenal...
ReplyDeletekalau mengucapkan maaf saat perayaan idul fitri mana yang harus didahulukan orang tua atau saudara karena saya disuruh mertua saya untuk mengucapkan maaf kepada saudara mertua saya sebelum idulfitri
ReplyDeletekalau mengucapkan maaf saat perayaan idul fitri mana yang harus didahulukan orang tua atau saudara karena saya disuruh mertua saya untuk mengucapkan maaf kepada saudara mertua saya sebelum idulfitri
ReplyDeleteseorang wanita yang sudah menikah, utamakan mintak maaf dulu kepada suami baru kpda orang tua.
Deletekalau jarak antara orang tua dn anak jauh, sempatkan mntak maaf melalui telfon baru ke saudara mertua.
Kalau begitu ibu harus jadi pemimpin, tapi kenapa yang memimpin laki2 ?
ReplyDelete