Hindari Mengeluh..!!! Manusia dan Medsos Bukan Tempat Mengeluh, Lalu Kepada Siapa Kita Mengeluh...???

Kita semua pasti pernah mempunyai masalah dalam kehidupan. Ada kalanya kita merasakan bahagia dan senang, ada kalanya kita merasakan sedih dan pilu. Hal ini adalah sunnatullah.

Hikmah Sholat

Shalat sebagai Rukun Islam ke dua sarat dengan makna dan hikmah yang terkait dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan. Diantara hikmah shalat yaitu:

BERKAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Kita memperingati kelahiran Nabi, kita akan mendapatkan empat perkara.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

"SELAMAT DATANG DI BLOG PUSTAKA ASLIKAN, SEMOGA BERMANFAAT"

Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Agar perubahan-perubahan dalam diri anak didik sebagai hasil dari suatu proses belajar mengajar itu sampai pada tujuan yang diharapkan, perlu diperhatikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar-mengajar tersebut.

Fakor-faktor tersebut diantaranya, murid yang merupakan bahan baku dan yang harus diberi pengarahan dalam proses belajar mengajar, proses belajar mengajar itu sediri sebagai usaha untuk mempengaruhi murid. Dalam proses belajar itu juga terdapat faktor-faktor yang dengan disengaja direncanakan dan dimanipulasi untuk menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar yang ada pada murid dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 
(1) dari luar, seperti: kurikulum, sarana, pengajar, program belajar, sosial, dan lingkungan murid, dan 
(2) dari dalam murid sendiri, seperti: kondisi fisik, indera, minat, kecerdasan, motivasi, ingatan, perhatian, dan sikap.


Ciri dan Pola Interaksi Proses Belajar Mengajar

Proses Belajar Mengajar sering disebut juga dengan Kegiatan Belajar mengajar, yang didalamnya terkandung dua unsur pokok, yaitu: unsur kegiatan guru dan unsur kegiatan murid.
Dalam proses mengajar yang sering juga disebut prosedur mengajar, guru melakukan kegiatan atau perbuatan yang betujuan membawa anak kearah tujuan, dan anak didik melakukan kegiatan yang disediakan oleh guru, yaitu kegiatan belajar yang juga bertujuan pada tujuan yang sama. Sehingga apa yang akan dilakukan guru akan mendapat respon dari murid, dan apa yang dilakukan murid akan mendapat sambutan dari guru.
Semua kegiatan tersebut sekurang-kurangnya harus terdapat:
a. Tujuan yang jelas
b. Bahan yang menjadi isi interaksi
c. Pelajar yang aktif mengalami
d. Guru yang melaksanakan
e. Metode tertentu untuk mencapai tujuan.
f. Situasi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi
g. Penilaian terhadap hasil interaksi[1]

Dari komponen-komponen diatas, tanpa mengurangi pentingnya komponen lain, komponen guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam proses belajar mengajar. Untuk itu kualifikasi guru sangat penting diperhatikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dengan prestasi belajar murid sebagai salah satu indikatornya.

-----------------------------
[1] Prof. Dr. W. Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, (Bandung: Tarsito, 1980), hal.16

Pengertian Proses Belajar Mengajar

Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah Proses Belajar Mengajar (PBM) yang didalamnya terkandung variabel-variabel pokok berupa kegiatan guru dalam mengajar dan kegiatan murid dalam belajar. Menurut Benyamin S. Blom dalam bukunya The Taxonomy of Educational Objectives-Cognitive Domain, menyebutkan bahwa dengan Proses Belajar Mengajar kita akan memperoleh kemampuan yang terdiri dari tiga aspek, yaitu:
  1. Aspek pengetahuan
  2. Aspek sikap
  3. Aspek ketrampilan[1].

Aspek pengetahuan berhubungan dengan kemampuan individual mengenai dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Aspek sikap mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang dahulu sering disebut sebagai perkembangan emosionalatau moral, sedangkan aspek ketarampilan menyangkut perkembangan ketrampilan yang mengandung unsur motoris.

Ketiga aspek itu secara sederhana dapat dipandang sebagai aspek yang bertalian dengan "head" (aspek cognitive), "heart" (aspek affective), dan "hand" (aspek psychomotor), ayang ketiganya saling berhubungan erat, tidak terpisah satu dengan yang lain.

Tiap-tiap aspek terdiri dari tertib urutan yang disebut taxonomi yeng berupa tujuan pendidikan yang harus dicapai dalam situasi belajar mengajar. Aspek-aspek kemampuan yang yang diperoleh dari proses blajar mengajr itu menurut Blom dapat dijabarkan adalam bentuk-bentuk yang lebih operasional, yaitu:
a. Aspek pengetahuan, terdiri dari 6 kecakapan, yaitu:
  1. pengetahuan,
  2. pemahaman,
  3. penerapan,
  4. penguraian,
  5. pemaduan,
  6. penilaian.
b. Aspek sikap (affective) terdiri dari 5 kecakapan, yaitu:
  1. kecakapan menerima rangsangan
  2. kecakapan merespons rangsangan
  3. kecakapan menilai sesuatu
  4. kecakapan mengorganisasi nilai
  5. kecapakan menginternalisasikan (mewujudkan) nilai-nilai[2].
c. Aspek Ketrapilan (psychomotor)

Dalam aspek ini akan memperoleh ketrampilan yang bermacam-macam bermacam-macamberdasarkan kepentingannya, melalui: persepsi, kesiapan, jawaban, terarah, mechanism, jawaban yang komplek, adaptation, dan origination.

Dari penjelasan diatas dapat diperoleh kejelasan bahwa proses belajar-mengajar pada dasarnya mengharapkan terjadinyaperubahanmasing-masing aspek tersebut, hanya tingkat kedalaman perubahan masing-masing aspek harus disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Namun yang jelas diharapkan bahwa dengan perubahan yang terjadi dalam tiga aspek tersebut akan berpengaruh terhadap tingkah laku murid[3]. Dimana pada akhirnya cara, cara merasa, dan cara murid melakukan sesuatu itu akan menadi relatif menetap dan membentuk kebiasaan bertingkah laku pada dirinya. Segala sesuatu yang dipelajarinya hendaknya merupakan satau landasan bagi dirinya untuk melakukan usaha-usaha pemecahan teradap masalah-masalah yang dihadapinya dikemudian hari. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi pada dirinya harus merupakan perubahan tingkah laku yang lebih baik.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku seseorang.Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Bloom, maka sifat perubahan yang terjadi pada masing-masing aspek itupun bergantung ada tingkat kedalaman belajar-mengajar yang dialami.


---------------------------------------
[1] Prof. Dr. Nasution, MA, Teknologi Pendidikan (Bandung: Jenmers, 1962), hal. 34
[2] Prof. Dr. S. Nasution, MA, opcit, hal. 36
[3] Ibid, hal. 3

Download Mp3 Bimbingan Tilawatil Qur'an oleh H. Muammar ZA

Alhamdulillah pada kesempatan pagi hari ini kami bisa share link Download Mp3 Bimbingan Tilawatil Qur'an oleh H. Muammar ZA.
Link Download Mp3 Bimbingan Tilawatil Qur'an oleh H. Muammar ZA ini terdiri dari volume 1 sampai volume 8. Tiap volume tediri dari 2 seri.
Berikut adalah link Downloadnya,,

Strategi Pengembangan Kedisiplinan Siswa Di Mts. Darussalam Getung Tawangrejo Turi Lamongan Tahun Pelajaran 2012/2013

Tidak jarang dijumpai perilaku dan kebiasaan peserta didik menghambat dan tidak menunjang proses pembelajaran. Misalnya, sering kita jumpai siswa yang malas, sering absen, motivasi yang kurang dalam belajar, tidak mengerjakan PR, melanggar tata tertib sekolah, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan masih banyak siswa yang tidak disiplin. Dengan kondisi demikian, guru dituntut untuk dapat mengembangkan sikap disiplin siswa dalam belajar dan berperilaku di sekolah. Mendisiplinkan siswa harus dilakukan dengan cara-cara yang dapat diterima oleh jiwa dan perasaan siswa, yaitu dengan bentuk penerapan kasih sayang. Disiplin dengan cara kasih sayang ini dapat membantu siswa agar mereka dapat berdidi sendiri atau mandiri (help for self help). Kedisiplinan sangat penting sekali dalam proses pembelajaran, hal itu dikarenakan saat ini perilaku dan kebiasan yang buruk/negatif dari siswa cenderung mengarah kepada suatu tindakan kriminalitas suatu tindakan yang melawan hukum. Kenakalan remaja dapat dikatkan dalam kewajaran apabila dilakukan dalam kerangan mencari identitas diri/jati diri dan tidak merugikan orang lain. Peranan guru dalam menanam atau mengembangkan disiplin, yaitu mengarahkan dan berbuat baik, menjadi teladan/contoh, sabar dan penuh pengertian. Guru diharuskan mampu mendisiplinkan siswa dengan kasih sayang, khususnya disiplin diri (self discipline). Dalam usaha tersebut, guru perlu memperhatikan dan melakukan :
  1. membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya, misalnya kapan belajar di rumah dimulai, berapa jam sehari siswa harus membaca atau mengerjakan PR,
  2. membantu siswa meningkatkan standar perilakunya, misalnya setiap bertemu dengan teman berlatih mengucapkan salam, bertemu dengan guru memberi salam dan berjabat tangan,
  3. menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai alat dan cara untuk meneggakan disiplin, misalnya menerapkan reward and punishman secara adil, sesegera mungkin dan transparan.
Manusia akan selalu bisa mengendalikan dan mengontrol apa yang akan dilaksanakannya hanya dengan melalui kehidupan yang teratur dan disiplin. Pentingnya kedisiplinan itu disebabkan karena manusia tanpa hidup dengan teratur dan disiplin maka hidupnya akan merugi. Seperti yang dijelaskan didalam Al-Qur’an pada surat Al-‘Ashr yang isi pokoknya yaitu “Bahwa semua manusia berada dalam keadaan merugi apabila dia tidak mengisi waktunya dengan perbuatan-perbuatan baik”. Kandungan surat tersebut telah jelas menerangkan bahwa setiap waktu harus dimanfaatkan dengan baik dan diisi dengan pekerjaan yang baik pula. Kita semua telah mengerti dan mengetahui bahwa sesuatu kebaikan yang datangnya terlambat akan sia-sia adanya, contohnya pekerjaan yang sangat mulia yaitu sholat fardlu lima waktu, sholat fardlu lima waktu yang dikerjakan terlambat dari waktu yang telah ditentukan maka akan sia-sia.

Oleh karena itu kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi dan menghargai waktu. Hidup disiplin memang sangat perlu dilatih dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan kebiasaan tersebut manusia akan benar-benar terlatih dan dapat merasakan hidup yang berarti, manusia juga akan selalu mendapatkan kepercayaan dari sesamanya dikarenakan rasa disiplin dan tanggung jawabnya yang tinggi. Sikap disiplin yang kokoh akan selalu memancing datangnya rasa tanggung jawab yang tinggi dari diri manusia dalam setiap melaksanakan tugas atau tanggung jawab kehidupannya. Allah SWT telah mendidik dan melatih manusia dalam kehidupan sehari-harinya untuk hidup disiplin yaitu melalui perintahnya untuk selalu menjalankan ibadah sholat fardlu lima waktu dengan baik dan tepat waktu, Allah SWT akan memudahkan setiap urusan makhluqnya, yaitu bagi yang selalu mengerjakan sholat tepat pada waktunya. Jadi memang sangatlah penting bagi kita untuk selalu disiplin dalam segala hal, yaitu disiplin waktu, disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, serta disiplin dalam berinteraksi dengan Sang Kholiq maupun dengan makhuluq sesamanya. Namun pentingnya peranan kedisiplinan dalam kehidupan manusia jarang diperhatikan, sehingga pendidikan dan aplikasi tentang disiplin sangat jarang sekali diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata disiplin merupakan hal yang mudah diucapkan tetapi cukup sulit untuk diterapkan. Penerapan kedisiplinan baik dalam tataran pendidikan maupun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari harus dioptimalkan sehingga masyarakat dalam mengisi era globalisasi ini bisa mampu bersaing di lapangan secara sehat dan sportif. Oleh karena itu dalam pengembangan sikap disiplin siswa sangat diperlukan adanya sebuah strategi yang baik dan terencana. Selain itu sudah seharusnya kita semua sadar bahwa dalam hal kedisiplinan bangsa Indonesia masih belum maksimal bahkan masih tergolong pada tingkat yang lemah, kemudian kita juga harus mengetahui faktor penghambat dan pendukung strategi pengembangan sikap disiplin siswa. Semua ini dilaksanakan demi pertumbuhan kehidupan manusia dan peningkatan harkat dan martabat bangsa dan negara.

Untuk mendapatkan file lengkap skripsi :
"Strategi Pengembangan Kedisiplinan Siswa Di Mts. Darussalam Getung Tawangrejo Turi Lamongan Tahun Pelajaran 2012/2013"
Silakan klik Di Sini...!!!

Keutamaan Bulan Muharram

Keutamaan Bulan Muharram

Oleh: Syaikh Muhammad Shalih Munajjid -hafizhahullah-
Alih bahasa: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc

Segala puji milik Allah Rabb semesta alam, semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada para kerabat dan para shahabat beliau seluruhnya, wa ba’du;

Sesungguhnya bulan Allah bulan al Muharram adalah bulan yang agung dan penuh berkah, ia adalah bulan yang pertama dalam setahun dan salah satu dari bulan-bulan suci yang mana Allah berfirman tentangnya:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ [التوبة : 36

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menzhalimi diri kamu dalam bulan yang empat itu…” (QS. at Taubah: 36)

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Satu tahun ada 12 bulan darinya ada 4 bulan suci: 3 bulan secara berurutan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan bulan Rajab Mudhar antara bulan Jumada dan bulan Sya’ban”. Hadits riwayat Bukhari, no.2958.
Dan bulan Muharram dinamakan demikian karena keberadaannya sebagai bulan suci dan sebagai penegasan akan kesuciannya. Dan firman Allah Ta’ala:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “…Maka janganlah kamu menzhalimi diri kamu…”

Maksudnya adalah jangan berbuat zhalim di bulan-bulan yang suci ini karena berbuat zhalim di dalamnya lebih ditekankan dan lebih ditegaskan akan dosa dari bulan-bulan lainnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang tafsir firman Allah Ta’ala:

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “…Maka janganlah kamu menzhalimi diri kamu…”

“Maksudnya jangan berbuat zhalim di setiap bulan darinya, tetapi dikhususkan darinya 4 bulan maka Allah menjadikannya (4 bulan tadi) suci, mengagungkan kehormatan-kehormatannya dan menjadikan dosa di dalamnya berlipat dan amal shalih pahalanya di dalamnya lebih besar (dibanding dengan bulan-bulan lainnya).

Qatadah rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat;

فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya berbuat zhalim di bulan-bulan suci lebih besar kesalahan dan dosanya daripada berbuat zhalim di selainnya, walaupun suatu kezhaliman apapun bentuknya merupakan dosa besar tetapi Allah Ta’ala mengagungkan suatu perkara sesuai dengan kehendaknya”.

Beliau juga berkata: “Sesungguhnya Allah memilih yang suci dari makhluqnya; seperti Ia memilih para malaikat sebagai utusan dan memilih dari manusia sebagai rasul, memilih dari firman-Nya untuk mengingat-Nya, memilih bumi dijadikan sebagai masjid-masjid, memilih dari bulan-bulan bulan Ramadhan dan bulan-bulan yang suci, memilih dari hari-hari hari Jum’at, memilih dari beberapa malam malam qadar, maka agungkanlah apa yang diagungkan oleh Allah Ta’ala. Sungguh dimuliakannya beberapa perkara karena pengagungan Allah terhadapnya, dan hal ini bagi orang-orang yang diberi kepahaman dan akal”. (diringkas dari tafsir Ibnu katsir, tafsir surat at Taubah ayat 36).

Keutamaan memperbanyak puasa sunnah pada waktu bulan Muharram

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ. (رواه مسلم:1982

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa bulan Allah yaitu bulan Muharram.” (Hadits riwayat Muslim, no. 1982)

Sabda beliau: ” شَهْرُ اللَّهِ” digandengkan bulan ini kepada Allah Ta’ala sebagai penggandengan pengagungan, Al Qari rahimahullah berkata: “Bahwa maksudnya adalah seluruh hari pada bulan Muharram.”

Tetapi telah shahih riwayat bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa satu bulan penuh selain bulan Ramadhan, maka hadits ini dianggap sebagai pemotivasi untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram bukan untuk berpuasa satu bulan penuh.

Dan telah benar riwayat bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban, hal ini mungkin belum diwahyukan kepada beliau tentang keutamaan bulan Muharram kecuali pada akhir hayat beliau sebelum bisa mengerjakan puasa tersebut… (lihat kitab Al Minhaj; Penjelasan an Nawawi terhadap kitab Shahih Muslim)

Allah memilih sesuatu dengan kehendak-Nya baik dari zaman atau tempat

Al ‘Izz Bin Abdus Salam rahimahullah berkata: “Dan pengutamaan antara tempat dan zaman, ada dua macam, yang pertama: berdasarkan dunia… dan yang kedua: pengutamaan berdasarkan agama, hal ini kembali kepada bahwa Allah Ta’ala memberikan kemurahan di dalamnya kepada hamba-Nya dengan mengutamakan pahala orang-orang yang mengerjakannya, seperti pengutamaan pahala puasa Ramadhan atas puasa seluruh bulan, dan demikian pula hari ‘Asyura-’… maka kemuliaan di dalamnya kembali kepada kemurahan dan kebaikan Allah ta’ala kepada para hamba-Nya… (lihat kitab Qawa’idul Ahkam 1/37)

‘Asyura-’ ditilik dari sejarah


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ. (رواه البخاري:1865

Artinya: “Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah sampai di kota Madinah, beliaupun melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura-’, maka beliau bertanya: “Ada apa dengan hari ini?”, mereka menjawab: “Ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka maka Nabi Musapun berpuasa pada hari itu”, Nabipun bersabda: “Kalau begitu aku lebih berhak (mengikuti) Musa daripada kalian, beliaupun berpuasa dan memerintahkan ( kaum muslimin ) untuk berpuasa”. (Hadits riwayat Imam Bukhari, no.1865)

Maksud sabda beliau: هَذَا يَوْمٌ صَالِح, didalam riwayat Imam Muslim terdapat penjelasan:

هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ. (رواه مسلم

Artinya: “Ini adalah hari yang agung, Allah Ta’ala telah menyelamatkan pada hari ini Nabi Musa ‘alaihissalam dan kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, maka Nabi Musapun ‘alaihissalam berpuasa karenanya sebagai tanda syukur maka kamipun berpuasa pada hari ini.”

Dan di riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan tambahan lafadz:

وَهَذَا يَوْمُ اسْتَوَتْ فِيهِ السَّفِينَةُ عَلَى الْجُودِيِّ فَصَامَهُ نُوحٌ وَمُوسَى شُكْرًا.

Artinya: “Ini adalah hari dimana berlabuhnya kapal (Nabi Nuh ‘alaihissalam)diatas bukit Judi (Bukit Judi terletak di Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan berpuasauMesopotamia-pent), lalu Nabi Nuh ‘alaihissalam dan Musa karenanya sebagai tanda syukur.”

Hadits : “وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ” (dan beliaupun shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa karenanya), di dalam riwayat al Bukhari rahimahullah juga terdapat lafadz:

فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصُومُوا. (رواه البخاري

Artinya: “Maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada para shahabatnya: “Kalian lebih berhak untuk mengikuti Nabi Musa ‘alaihissalam daripada mereka”. (Hadits riwayat Bukhari)

Dan berpuasa pada hari ‘Asyura-’ telah dikenal dari mulai zaman jahiliyah sebelum zaman kenabian (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), telah benar riwayat dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Sesungguhnya orang-orang jahiliyah senantiasa berpuasa pada hari itu…”,

Al Qurthuby rahimahullah berkata: “Kemungkinan orang-orang Quraisy menyandarkan dalam puasanya kepada ajaran orang-orang terdahulu seperti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dan telah shahih juga riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa karenanya di kota Makkah sebelum hijrah ke Madinah, ketika beliau hijrah ke kota Madinah beliau mendapatkan orang-orang Yahudi memperingatinya lalu beliau bertanya kepada mereka tentang sebab dan merekapun menjawabnya sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam hadits diatas. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi mereka di dalam peringatan mereka sebagai hari raya sebagaimana telah diriwayatkan dalam hadits Abu Musa ‘alaihissalam, beliau bersabda:

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَعُدُّهُ الْيَهُودُ عِيدًا فَصُومُوهُ أَنْتُمْ. رواه البخاري

Artinya: “Hari ‘Asyura-’ dulunya dianggap oleh orang yahudi sebagai hari raya maka hendaklah kalian berpuasa pada hari itu”.

Di dalam riwayat Imam Muslim rahimahullah:

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا. رواه مسلم

Artinya: “Hari ‘Asyura-’ adalah hari yang diagungkan orang yahudi dan mereka menjadikannya hari raya”.

Di dalam riwayat yang lain milik beliau juga:

كَانَ أَهْلُ خَيْبَرَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ يَتَّخِذُونَهُ عِيدًا وَيُلْبِسُونَ نِسَاءَهُمْ فِيهِ حُلِيَّهُمْ وَشَارَتَهُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصُومُوهُ أَنْتُمْ. رواه مسلم

Artinya: “Penduduk Khaibar (dan mereka pada waktu itu orang-orang Yahudi-pent) berpuasa pada hari ‘asyura-’ dan selalu menjadikannya sebagai hari raya, mereka menghiasi wanita-wanita mereka dengan emas dan perhiasan mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maka berpuasalah kalian pada hari itu”. (Hadits riwayat Muslim)

Dan yang terlihat dari perintah untuk berpuasa adalah keinginan untuk menyelisihi orang-orang Yahudi sehingga berpuasa ketika mereka berbuka, karena hari raya tidak boleh berpuasa (di dalamnya-pent). (diringkas dari perkataan Ibnu Hajar rahimahullah di dalam kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari)

Keutamaan Berpuasa Hari ‘Asyura-’

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ . (رواه البخاري )

Artinya: “Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “Tidak pernah Aku melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam begitu bersemangat puasa pada suatu hari, ia utamakan dari yang lainnya kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura-’ dan bulan ini yakni bulan Ramadhan”. (Hadits riwayat Bukhari, no. 1867)

Dan Makna “yataharra” adalah bertekad untuk berpuasa pada hari itu agar mendapatkan ganjarannya dan bersemangat untuk mengerjakannya.

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ. (رواه مسلم :1976)

Artinya: “Berpuasa pada hari ‘Asyura-’ aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dosa) tahun yang sebelumnya”. (Hadits riwayat Muslim, no.1976)

Ini adalah dari kemuliaan Allah bagi kita dengan Ia berikan kepada kita berpuasa satu hari sebagai penghapusan dosa-dosa selama satu tahun penuh, dan Allah Ta’ala Maha mempunyai kemuliaan yang sangat agung.

Hari apakah hari ‘Asyura-’?

An Nawawi rahimahullah berkata: “Kata ‘Asyura-’ dan Tasu’a-’ adalah dua nama yang dipanjangkan, inilah yang masyhur di kitab-kitab bahasa. Para shahabat kami berkata: ” ‘Asyura-’ adalah hari ke sepuluh dari bulan al Muharram dan Tasu’a-’ adalah hari kesembilan darinya… begitulah pendapat jumhur ulama … dan begitulah maksud yang terlihat jelas dari beberapa hadits dan ketentuan dari muthlak lafadznya, dan dialah yang dikenal oleh para ahli bahasa. (lihat kitab Majmu’ karya an Nawawi)

Ia adalah istilah yang ada dalam Islam tidak dikenal zaman jahiliyah. (lihat kitab Kasysyaful Qina’ juz:2, puasa muharram ).

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: ” ‘Asyura-’ adalah hari kesepuluh dari bulan Al Muharram, dan ini adalah pendapat Sa’id Bin Musayyib dan Hasan rahimahumallah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:

أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمُ الْعَاشِرِ. (رواه الترمذي)

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa hari ‘Asyura-’ hari kesepuluh dari bulan Muharram”. Hadits riwayat Tirmidzi, beliau berkata: “Hadits ini hasan shahih”.
Dianjurkan puasa Tasu’a-’ dan ‘Asyura-’

عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قال: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه مسلم:1916 )

Artinya: “Abdullah Bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan, beliau berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura-’ dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan Nashrani, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila datang tahun depan, jika Allah menghendaki maka kita akan berpuasa pada hari kesembilan”, beliau (Abdullah Bin Abbas) radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Dan tidaklah datang tahun depan hingga datangnya wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. (Hadits riwayat Muslim, no. 1916)

Imam Syafi’ie rahimahullah , para shahabatnya, Imam Ahmad dan Ishaq rahimahumallah serta yang lainnya berkata: “Dianjurkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh keduanya, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari kesepuluh dan telah berniat berpuasa pada hari kesembilan.

Dengan penjelasan diatas maka berpuasa pada hari ‘Asyura-’ ada beberapa tingkatan: “Yang paling rendah adalah berpuasa 1 hari (kesepuluh saja), diatasnya berpuasa pada hari kesembilan bersamanya dan tiap kali memperbanyak berpuasa pada bulan Muharram maka itu yang lebih utama dan lebih baik.

Hikmat dari penganjuran berpuasa pada hari Tasu’a-’

An Nawawi rahimahullah berkata: “Para ulama dari sahabat kami dan yang lainnya menyebutkan hikmah di dalam penganjuran puasa hari Tasu’a-’, ada beberapa macam:
Yang pertama: bahwa maksud darinya adalah menyelisihi orang-orang Yahudi ketika mereka hanya mencukupkan hanya hari kesepuluh.
Yang kedua: bahwa maksud darinya adalah menyambung hari ‘Asyura-’ dengan berpuasa (pada hari sebelumnya), sebagaimana dilarang untuk berpuasa pada hari jum’at secara sendirian, kedua pendapat ini disebutkan oleh al Khaththabi dan yang lainnya.
Yang ketiga: benar-benar menjaga untuk berpuasa pada hari kesepuluh, karena ditakutkan awal bulan terlalu kecil atau terjadi kesalahan (dalam penglihatan awal bulan-pent), maka hari kesembilan di dalam jumlah sebenarnya hari kesepuluh ketika itu.
Dan jawaban yang paling kuat adalah menyelisihi ahli kitab, Syaikhul Islam rahimahullah berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk menyerupakan diri dengan ahli Kitab di dalam hadits-hadits yang banyak, seperti sabda beliau:

لَئِنْ عِشْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

Artinya: “Sungguh jika aku masih hidup pada tahun depan maka sungguh aku akan benar-benar berpuasa pada hari kesembilan.” (Lihat kitab al-Fatawa al-Kubra juz 6, saddudz dzra-I’ al Mufdiyah)

Hukum berpuasa hari ‘Asyura-’ saja:

Syaikhul Islam rahimahullah berkata: “Berpuasa pada hari ‘Asyura-’ sebagai penghapus dosa selama 1 tahun dan tidak dimakruhkan untuk mengkhususkannya dengan berpuasa… (al Fatawa al Kubra juz 5). Dan di dalam kitab Tuhfatul Muhtaj karya Ibnu Hajar al Haitamy rahimahullah disebutkan: dan hari ‘Asyura-’ tidak mengapa berpuasa pada hari itu saja… (lihat juz3, bab puasa sunnah).

Boleh berpuasa pada hari ‘Asyura-’ walaupun hari itu hari Sabtu atau Jum’at

Telah ada riwayat tentang larangan berpuasa pada hari Jum’at secara tersendiri dan larangan tentang berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa wajib, tetapi hilang kemakruhannya jika ia berpuasa pada dua hari ini dengan menggambungkan satu hari ke setiap dari keduanya atau bertepatan dengan kebiasaan yang disyari’atkan seperti berpuasa 1 hari dan berbuka 1 hari atau berpuasa sebagai nadzar atau puasa qadha-’ atau puasa yang dianjurkan oleh agama seperti puasa hari Arafah dan hari ‘Asyura-’… (lihat kitab Tuhfatul Muhtaj, juz 3 bab puasa sunnah dan kitab Musykilul Aatsar, juz 2, bab puasa hari Sabtu).

Al Bauhuti rahimahullah berkata: “Dan dimakruhkan bersengaja berpuasa pada hari Sabtu disebabkan oleh hadits Abdullah Bin Busyr dari saudara perempuannya:

لَا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلَّا فِيمَا افْتُرِضَ عَلَيْكُمْ.

Artinya: “Dan janganlah kalian berpuasa hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan bagi kalian”. Hadits riwayat Ahmad dengan sanad yang baik dan Imam hakim, beliau berkata: “Hadits ini berdasarkan syarat shahih Bukhari. Dan dikarenakan ia adalah hari yang dimuliakan oleh orang-orang Yahudi, karena pengkhususan berpuasa pada hari itu saja ada persamaan dengan mereka… ( kecuali apabila bertepatan ) hari Jum’at atau hari Sabtu ( biasanya) seperti bertepatan dengan hari Arafah atau hari ‘Asyura-’ dan merupakan kebiasaannya berpuasa pada kedua hari itu maka tidak dimakruhkan, karena suatu adat mempunyai pengaruh di dalam hal tersebut”. (Lihat kitab Kasysyaful Qina’ juz2, bab Puasa sunnah)

Apakah yang harus dikerjakan apabila hilal (awal bulan) belum jelas??


Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Dan Jika awal bulan masih samar maka ia berpuasa tiga hari, dan sesungguhnya ia kerjakan demikian agar ia yakin pada hari kesembilan dan kesepuluhnya ( kitab al Mughni karya Ibnu qudamah juz 3, shiyam – shiyam bulan ‘Asyura-’)

Barang siapa yang belum mengetahui masuk awal bulan Muharram dan ia ingin berhati-hati untuk hari kesepuluh maka hendaklah ia menggenapkan bulan Dzulhijjah 30 hari sebagaimana kaidah yang dikenal kemudian ia bepuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh. Dan barang siapa yang menginginkan berhati-hati pada hari kesembilannnya juga maka ia berpuasa pada hari kedelapan dan kesembilan dan kesepuluh ( kalau seandainya Dzulhijjah sebenarnya kurang (dari 30) maka ia telah mendapatkan hari kesembilan dan kesepuluh dengan yakin). Dan mengingat bahwa berpuasa pada hari ‘Asyura-’ dianjurkan dan tidak diwajibkan maka manusia tidak diperintahkan untuk benar-benar memperhatikan awal bulan sebagaimana mereka diperintahkan untuk benar-benar awal bulan Ramadhan dan Bulan Syawwal.

Puasa hari ‘Asyura-’, menghapuskan apa??

An Nawawi rahimahullah berkata: “Menghapuskan dosa-dosa kecil, dan taqdirnya adalah menghapuskan dosa-dosa sipelakunya seluruhnya kecuali dosa-dosa besar”. beliau rahimahullah berkata juga: “Puasa hari Arafah sebagai penghapus dosa dua tahun dan puasa ‘Asyura-’ sebagai penghapus dosa satu tahun dan apabila pengucapan “amin” nya bertepatan dengan para malaikat maka akan diampunkan baginya dosa-dosanya yang telah… tiap dari perkara yang disebutkan ini bisa digunakan untuk penghapus dosa, apabila ia mendapatkan sesuatu yang bisa ia hapuskan dari dosa-dosa kecil maka ia menghapusnya dan apabila tidak mendapatkan dosa-dosa kecil atau besar maka dituliskan dengan sebabnya berupa kebaikan-kebaikan, dan diangkat untuknya beberapa derajat dengan sebab itu. Dan apabila ia mendapatkan satu dosa besar atau beberapa dosa besar dan tidak mendapatkan dosa-dosa kecil maka kita harapkan ia bisa meringankan dosa besar”. (lihat kitab al Majmu’ Syarah Muhadzdzab, juz 6, puasa hari Arafah)

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Dan penghapusan dosa (dari pahala) bersuci, shalat, berpuasa bulan Ramadhan, puasa hari Arafah dan hari ‘Asyua-’ hanya untuk dosa-dosa kecil saja. (lihat kitab al Fatawa al Kubra, juz 5 ).

Jangan terpesona dengan pahala puasa!

Beberapa orang terpesona dengan menyandarkan pahala puasa hari ‘Asyura-’ atau hari Arafah, sampai-sampai sebagian dari mereka berkata: “Puasa hari ‘Asyura-’ menghapuskan seluruh dosa-dosa dalam satu tahun itu, dan tersisa puasa hari Arafah bonus di dalam pahala.”

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Orang yang terperdaya ini tidak menyadari bahwa puasa bulan Ramadhan dan shalat wajib lima waktu lebih agung dan lebih tinggi dari berpuasa pada hari Arafah dan hari ‘Asyura-’ dan ia (shalat lima waktu dan puasa bulan Ramadhan) menghapuskan dosa-dosa diantara keduanya apabila ia menghindari dosa-dosa besar. Puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan, shalat Jum’at ke shalat Jum’at tidak berfungsi untuk menghilangkan dosa-dosa kecil kecuali dengan menggabungkan kepadanya penjauhan akan dosa-dosa besar dan akhirnya gabungan dari dua perkara ini berkekuatan untuk menghapuskan dosa-dosa kecil. Dan dari orang-orang yang terlena ada yang mengira bahwa keta’atannya lebih banyak dari perbuatan-perbuatan maksiatnya, karena ia tidak menghisab dirinya akan kesalahan-kesalahannya dan tidak mencri-cari akan dosa-dosanya, sedangkan apabila ia telah mengerjakan satu keta’atan maka ia akan menghapalnya dan menghitungnya seperti orang yang beristighfar dengan lisannya atau bertasbih di dalam satu hari 100 kali, kemudian ia menggunjing kaum muslimin dan merobek-robek kehormatannya dan ia ridhai di sepanjang harinya,Uberbicara dengan sesuatu yang tidak Allah maka orang ini selalu melihat keutamaan bertasbih, bertahlil dan tidak menoleh kepada apa yang diriwayatkan dari ancaman bagi orang-orang penggunjing, pendusta dan pengadu domba serta selain daripada itu yang berupa penyakit-penyakit lisan, dan hal demikian itu adalah benar-benar penipuan. (lihat kitab al Mausu’ah al Fiqhiyah, juz 31, ghurur)

Berpuasa hari ‘Asyura-’ dalam keadaan masih punya tanggungan dari puasa Ramadhan

Para Ahli Fiqh berbeda pendapat di dalam hukum mengerjakan puasa sunnah sebelum mengqadha-’ puasa Ramadhan, Madzhab Hanafy berpendapat diperbolehkan berpuasa sunnah sebelum mengqadha-’ puasa Ramadhan tanpa ada kemakruhan dikarenakan menggantinya tidak wajib dengan segera dan madzhab Maliky dan Syafi’i berpendapat diperbolehkan berpuasa dengan kemakruhan dikarenakan akan menta’khirkan suatu yang wajib. Ad Dasuqy berkata: “Dimakruhkan berpuasa sunnat atas siapa yang mempunyai tanggungan puasa wajib seperti orang yang bernadzar, puasa qadha, puasa sebagai (kaffarah) penebus sesuatu, baik puasa sunnah yang ia dahulukan dari puasa wajib itu tidak ditekankan atau ditekankan, seperti puasa ‘Asyura-’, puasa tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah menurut pendapat yang lebih utama. Dan Madzhab Hanbali berpendapat akan keharaman puasa sunnah sebelum mengqadha-’ puasa Ramadhan dan tidak sahnya berpuasa sunnah waktu itu walaupun masih panjang waktu untuk mengqadha-’. Dan diharuskan untuk memulai dengan mengerjakan yang wajib sampai ia selesai mengqadha-’nya (lihat kitab al Mausu’ah al Fiqhiyah juz 28:puasa sunnah)

Maka dari itu hendaklah seorang muslim bersegera mengqadha-’ setelah bulan Ramadhan agar memungkinkannya untuk mengerjakan puasa Arafah Dan ‘Asyura-’ tanpa ada kesulitan, dan apabila ia berpuasa hari Arafah dan hari ‘Asyura-’ dengan niat dari malam hari mengqadha-’ maka hal yang demikian itu telah mencukupi di dalam pengqadha-’an puasa yang wajib.

Bid’ah-bid’ah pada hari ‘Asyura-’

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang perbuatan yang dikerjakan manusia pada hari ‘Asyura-’ seperti bercelak, mandi, memakai pacar, saling bersalaman, memasak biji-bijian dan memperlihatkan kesenangan serta yang lainnya… Apakah yang demikian itu ada dasarnya atau tidak?

Dijawab: “Segala puji milik Allah Rabb semesta alam, tidak ada di dalam hal ini satu riwayat hadits shahihpun dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak juga dari para shahabatnya, tidak dianjurkan pula oleh satupun dari para Imam yang empat akan hal tersebut, tidak pula dari selain mereka dan para pengarang kitab-kitab mu’tabar (terpandang) juga tidak meriwayatkan sesuatupun dalam hal ini dan tidak dari riwayat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan dari para shahabat, juga dari tabi’in, tidak ada dari hadits yang shahih, tidak juga dari hadits yang lemah. Tetapi sebagian orang-orang generasi terakhir telah meriwayatkan dalam perkara ini beberapa hadits, seperti apa yang mereka riwayatkan bahwa; “Barangsiapa yang bercelak pada hari ‘Asyura-’ maka ia tidak akan pedih matanya pada tahun itu”, dan “Barang siapa yang mandi pada hari ‘Asyura-’ maka ia tidak akan sakit pada tahun itu” dan yang semisal dengan itu… dan bahkan mereka telah meriwayatkan sebuah hadits palsu mendustakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Bahwasanya barang siapa yang bermurah atas keluarganya pada hari ‘Asyura-’ maka Allah Akan melapangkan rizqinya sepanjang tahun”. Dan seluruh riwayat-riwayat ini tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bohong.

Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan secara ringkas apa yang telah terjadi pada awal mula umat ini berupa kekacauan-kekacauan, kejadian-kejadian dan terbunuhnya Husain radhiyallahu ‘anhuma serta apa yang dikerjakan oleh beberapa kelompok disebabkan hal itu, beliau juga berkata: “Lalu timbullah kelompok yang bodoh dan zhalim, baik itu kelompoknya orang mulhid munafik atau kelompok sesat yang berlebihan yang memperlihatkan kecintaan kepadanya dan kepada Ahlu Bait, kelompok tersebut menjadikan hari ‘Asyura-’ sebagai hari berkabung, kesedihan dan ratapan. Dan kelompok itu memperlihatkan di dalam hari itu syi’ar-syi’ar orang-orang jahiliyah berupa pemukulan wajah, pengrobekan kantong-kantong baju, dan bertakziyah bak layaknya orang jahiliyah… dan mensenandungkan kashidah-kashidah kesedihan, menceritakan riwayat-riwayat yang di dalamnya terdapat penuh dengan kebohongan. Dan tidak ada kejujuran di dalam peringatan ini kecuali saling berganti tangis, fanatisme, penyebaran kebencian dan perperangan, menyebarkan fitnah diantara umat Islam, menjadikan hal yang demikian itu untuk mencaci para sahabat yang lebih dahulu masuk Islam…kesesatan dan bahaya mereka terhadap umat Islam tidak bisa dihitung oleh orang yang fasih di dalam berbicara, sedangkan yang menentang mereka ada beberapa kelompok, baik itu dari orang-orang Nawashib yang sangat benci terhadap Husein dan Ahlu Bait radhiyallahu ‘anhum atau dari orang-orang bodoh yang melawan kerusakan dengan kerusakan, kebohongan dengan kebohongan, kejelekan dengan kejelekan, bid’ah dengan bid’ah maka mereka membuat kabar-kabar palsu di dalam syi’ar-syi’ar kebahagian dan kesenangan pada hari ‘Asyura-’ seperti bercelak dan memakai pacar, dan banyak memberikan nafkah kepada keluarga, memasak makanan-makanan tidak seperti biasanya dan seperti yang lainnya dari pekerjaan yang dikerjakan pada hari-hari raya dan musim-musim bersejarah. Maka mereka (kelompok kedua-pent) menjadikan hari ‘Asyura-’ sebagai musim hari raya dan kesenangan sedangkan mereka (kelompok pertama) menjadikan hari ‘Asyura-’ sebagai hari kesusahan, mereka mendirikan di dalamnya kesedihan dan kesenangan dan keduanya telah melakukan kesalahan keluar daripada sunnah… (al Fatawa al Kubra milik Ibnu Taimiyah rahimahullah ).

Ibnu Hajj rahimahullah menyebutkan termasuk dari perbuatan-perbuatan bid’ah hari ‘Asyura-’ adalah sengaja mengeluarkan zakat di dalamnya baik itu diakhirkan atau di majukan (dari waktu asalnya) dan mengkhususannya dengan menyembelih ayam dan juga para wanita memakai pacar. (al Madkhal juz 1, hari ‘Asyura-’).

Kita memohon kepada Allah agar termasuk dari orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah nabinya yang mulia, dan semoga kita di hidupkan di atas agama Islam, diwafatkan di atas keimanan, semoga Allah memberikan kita taufik untuk mengerjakan apa yang Dia cintai dan ridhai. Dan kita memohon kepada Allah agar menolong kita untuk bisa mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, mengerjakan ibadah kepada-Nya dengan baik, menerima (amal ibadah) dari kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang bertakwa dan merahmati kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan kepada para keluarga serta seluruh shahabat beliau.

و الله أعلم
و صلى الله على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين
و الحمد لله رب العالمين

Sumber : http://moslemsunnah.wordpress.com/2011/11/26/keutamaan-bulan-muharram/

Download Mp3 Murottal Al-Quran Lengkap


Download Mp3 Murottal Al-Quran Lengkap dari beberapa qori' Timur Tengah, berikut adalah daftar link downloadnya :

A
Abdelbari Al-Toubayti : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdul Aziz Al-Ahmad : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulaziz Az-Zahrani : 3 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulbari Mohammad : 91 Suras [ Almusshaf Al Mo'lim ]
Abdulbari Mohammad : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulbasit Abdulsamad : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulbasit Abdulsamad : Complete Qur'an [ Rewayat Warsh A'n Nafi' ]
Abdulbasit Abdulsamad : Complete Qur'an [ Almusshaf Al Mojawwad ]
Abdulghani Abdullah (From Malaysia) : 13 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulhadi Kanakeri : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Al-Burimi : 41 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Al-Johany : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Al-Kandari : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Al-Mattrod : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Albuajan : 5 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Basfer : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Fahmi (From Malaysia) : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Khayyat : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdullah Qaulan : 2 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulmohsen Al-Qasim : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulmohsin Al-Askar : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulmohsin Al-Harthy : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulmohsin Al-Obaikan : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulrahman Alsudaes : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulrasheed Soufi : Complete Qur'an [ Rewayat Assosi A'n Abi Amr ]
Abdulrasheed Soufi : Complete Qur'an [ Rewayat Khalaf A'n Hamzah ]
Abdulwadood Haneef : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abdulwali Al-Arkani : 31 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Abu Bakr Al Shatri : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Addokali Mohammad Alalim : Complete Qur'an [ Rewayat Qalon A'n Nafi' ]
Adel Al-Khalbany : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Adel Ryyan : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmad Al-Ajmy : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmad Al-Hawashi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmad Alhuthaifi : 65 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmad Khader Al-Tarabulsi : Complete Qur'an [ Rewayat Qalon A'n Nafi' ]
Ahmad Nauina : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmad Saber : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmad Saud : 30 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmed Al-trabulsi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ahmed Amer : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Akhil Abdulhayy Rawa (From Malaysia) : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Akram Alalaqmi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Al-Qaria Yassen : Complete Qur'an [ Rewayat Warsh A'n Nafi' ]
Alashri Omran : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Alhusayni Al-Azazi : 57 Suras [ Almusshaf Al Mo'lim ]
Ali Abo-Hashim : 8 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ali Alhuthaifi : Complete Qur'an [ Rewayat Qalon A'n Nafi' ]
Ali Alhuthaifi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ali Hajjaj Alsouasi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ali Jaber : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Aloyoon Al-Koshi : Complete Qur'an [ Rewayat Warsh A'n Nafi' ]
Alzain Mohammad Ahmad : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

D

Dawood Hamza : 87 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

E

Emad Hafez : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

F

Fahad Al-Kandari : 53 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Fahad Al-Otaibi : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Fares Abbad : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Fawaz Alkabi : 3 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

H

Hamad Al Daghriri : 3 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Hani Arrifai : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Hatem Fareed Alwaer : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Hussain Alshaik : 15 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

I

Ibrahem Assadan : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ibrahim Al-Akdar : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ibrahim Al-Asiri : 13 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ibrahim Al-Jebreen : 41 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Ibrahim Aldosari : Complete Qur'an [ Rewayat Warsh A'n Nafi' ]
Ibrahim Aljormy : 2 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Idrees Abkr : 84 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

J

Jamaan Alosaimi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Jamal Addeen Alzailaie : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Jamal Shaker Abdullah : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

K

Khaled Al-Qahtani : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Khalid Abdulkafi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Khalid Al-Jileel : 7 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Khalid Al-Wehabi : 3 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Khalid Almohana : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Khalifa Altunaiji : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

L

Lafi Al-Oni : 52 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

M

Maher Al Meaqli : 37 Suras [ Almusshaf Al Mo'lim ]
Maher Al Meaqli : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Maher Shakhashero : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mahmood Al rifai : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mahmood AlSheimy : Complete Qur'an [ Rewayat AlDorai A'n Al-Kisa'ai ]
Mahmoud Ali Albanna : Complete Qur'an [ Almusshaf Al Mojawwad ]
Mahmoud Ali Albanna : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mahmoud Khalil Al-Hussary : Complete Qur'an [ Rewayat Warsh A'n Nafi' ]
Mahmoud Khalil Al-Hussary : Complete Qur'an [ Almusshaf Al Mojawwad ]
Mahmoud Khalil Al-Hussary : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Majed Al-Enezi : 6 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Majed Al-Zamil : 74 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Malik shaibat Alhamed : 37 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mishary Al Afasi : 5 Suras [ Rewayat AlDorai A'n Al-Kisa'ai ]
Mishary Alafasi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Moeedh Alharthi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammad Abdullkarem : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammad Al-Abdullah : Complete Qur'an [ Rewayat AlDorai A'n Al-Kisa'ai ]
Mohammad Al-Abdullah : Complete Qur'an [ Rewayat Albizi and Qunbol A'n Ibn Katheer ]
Mohammad Al-Airawy : 5 Suras [ Rewayat Warsh A'n Nafi' Men Tariq Abi Baker Alasbahani ]
Mohammad Al-Tablaway : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammad AlMonshed : 111 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammad Rashad Alshareef : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammad Saleh Alim Shah : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Al-Barrak : 62 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Al-Lohaidan : 112 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Al-Muhasny : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Ayyub : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Hafas Ali (From Malaysia) : 5 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Jibreel : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Osman Khan (from India) : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mohammed Siddiq Al-Minshawi : 27 Suras [ Almusshaf Al Mo'lim ]
Mohammed Siddiq Al-Minshawi : Complete Qur'an [ Almusshaf Al Mojawwad ]
Mohammed Siddiq Al-Minshawi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mousa Bilal : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Muamar (From Indonesia) : 8 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Muftah Alsaltany : Complete Qur'an [ Ibn Thakwan A'n Ibn Amer ]
Muftah Alsaltany : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Muftah Alsaltany : 77 Suras [ Sho'bah A'n Asim ]
Muftah Alsaltany : Complete Qur'an [ Rewayat Aldori A'n Abi Amr ]
Muftah Alsaltany : Complete Qur'an [ Rewayat AlDorai A'n Al-Kisa'ai ]
Muhammad Al-Hafiz (From Malaysia) : 3 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Muhammed Khairul Anuar (From Malaysia) : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mustafa Al-Lahoni : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mustafa Ismail : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Mustafa raad Alazawy : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

N

Nabil Al Rifay : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Nasser Al obaid : 9 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Nasser Alqatami : 76 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Neamah Al-Hassan : 6 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

O

Omar Al-Qazabri : Complete Qur'an [ Rewayat Warsh A'n Nafi' ]

R

Rachid Belalya : 5 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Rasheed Ifrad : 15 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Rodziah Abdulrahman (From Malaysia) : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Rogayah Sulong (From Malaysia) : 1 Sura [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

S

Saad Al-Ghamdi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Saber Abdulhakm : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Sahl Yassin : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Saidin Abdulrahman (From Malaysia) : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Salah Albudair : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Salah Alhashim : 7 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Salah Alhashim : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Saleh Al-Habdan : 2 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Saleh Al-Talib : 32 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Saleh Alsahood : 110 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Sami Al-Dosari : 41 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Sami Al-Hasn : 27 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Sapinah Mamat (From Malaysia) : 4 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Saud Al-Shuraim : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Sayeed Ramadan : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Shaban Al-Sayiaad : 2 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Shirazad Taher : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Slaah Bukhatir : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

T

Tawfeeq As-Sayegh : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

U

Ustaz Zamri (From Malaysia) : 11 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

W

Waleed Alnaehi : Complete Qur'an [ Rewayat Qalon A'n Nafi' Men Tariq Abi Nasheet ]
Walid Al-Dulaimi : 51 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Wasel Almethen : 2 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Wishear Hayder Arbili : 2 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

Y

Yahya Hawwa : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Yasser Al-Dosari : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Yasser Al-Faylakawi : 52 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Yasser Al-Mazroyee : Complete Qur'an [ Rewayat Rowis and Rawh A'n Yakoob Al Hadrami ]
Yasser Al-Qurashi : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Yasser Salamah : 1 Sura [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Yousef Alshoaey : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Yousef Bin Noah Ahmad : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Youssef Edghouch : 22 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]

Z

Zakaria Hamamah : 7 Suras [ Rewayat Hafs A'n Assem ]
Zaki Daghistani : Complete Qur'an [ Rewayat Hafs A'n Assem ]


25 Tanggung Jawab Istri Kepada Suami

25 Tanggung Jawab Istri Kepada Suami yaitu :
  1. Patuh kepada perintah suami walaupun dalam keadaan susah atau senang kecuali yang dilarang oleh Agama,
  2. Senantiasa berhias diri hanya untuk suami saja,
  3. Memelihara Harga Diri dan Harta Suami --> lihat An- Nissa: 34
  4. Memahami hal-hal yang digemari dan yang dibenci oleh suami,
  5. Segala laku perbuatannya hendaklah menyenangkan hati suami,
  6. Senantiasa mendoakan keselamatan atas suaminya dalam setiap waktu terutama setelah selesai shalat,
  7. Menjadi Wakil Suami dalam Keluarga --> Istri harus mengelola, menjaga dan bertanggung jawab terhadap kehormatan, harta dan segala urusan rumah tangga, ketika suami tidak sedang di rumah. 
  8. Meringankan Beban Belanja Suami --> Istri tidak boleh memaksa suami untuk memberinya belanja lebih dari kemampuan finansial suaminya. 
  9. Memelihara dan Mengasuh Anak Suami --> Baik itu anak kandung atau anak tiri 
  10. Membantu Kehidupan Agama Suami --> Istri adalah orang yang paling bertanggung jawab meluruskan perilaku suami yang tidak sejalan dengan syariat Islam 
  11. Mendahulukan Kepentingan Suami dari pada Kepentingan Ibu Bapaknya Sendiri --> Begitu seorang wanita telah menikah, maka kiblat ketaatannya pindah kepada suaminya 
  12. Keluar Rumah Harus Minta Izin Suami --> "Siapa saja istri yang keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya, maka ia berada dalam murka Allah sampai ia pulang atau suaminya merelakannya." (HR. Khatib dari Anas) 
  13. Selalu Lembut dalam Memandang Suami 
  14. Menemani Suami Makan Sampai Selesai 
  15. Merawat Suami Ketika Sakit --> Pengabdian istri kepada suaminya tidak terukur kebaikannya sebelum ia membuktikan kesetiaan, kesabaran dan keteguhannya dalam merawat suaminya selama sakit. 
  16. Mengalah Pada Suami --> lihat Al- Baqarah: 228 
  17. Menutup diri Dari Laki- Laki Lain 
  18. Berterima kasih Atas Kebaikan Suami --> Seorang istri selalu menggembirakan hati suaminya dengan ucapan, senyum dan pandangan mesra setiap kali suaminya menyerahkan nafkah lahirnya.
  19. Tidak Berkhianat Pada Suami --> lihat At- tahrim: 10 
  20. Tidak Menyakiti Hati Suami --> Jangan memutar balik filsafat emansipasi yang membuat istri memperbudak suami 
  21. Tidak Menerima Tamu Laki- laki Bukan Mahram Saat Suami Tidak di Rumah 
  22. Tidak Puasa Sunnah ketika Suami Disisinya, Kecuali Atas Izinnya 
  23. Membangunkan Suami Untuk Shalat Malam 
  24. Tidak Mengizinkan Orang Lain Masuk Rumah tanpa Izin Suami 
  25. Tidak Membuka Jilbab Diluar Rumah Suami.

Dasar Yuridis Ilmu Pendidikan Islam

Dasar Yuridis Ilmu Pendidikan Islam yaitu :

1. Dasar Idiel (Pancasila sila 1)
Berbunyi : "Ketuhanan Yang Maha Esa"

2. Dasar Konstitusional (UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2)
Ayat 1 : "Negara berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa"
Ayat 2 : "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing - masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu"

3. Dasar Operasional (GBHN dan UU No. 2 Tahun 1989)
- GBHN No. 22 tahun 1993 disebutkan : 
"Kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan sehingga terbina kwalitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kwalitas kerukunan antar dan antara kerukunan umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat".

Memperhatikan GBHN tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kehidupan perdamaian termasuk (agama Islam), supaya semakin dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan untuk mengembangkan keagamaan itu diperlukan pelaksanaan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan agama Islam.

 - UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional :
Pasal 11 ayat 1 :
"Jenis pendidikan termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional".

Pasal 11 ayat 6 :
"Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan".

Dari UU No. 2 tahun 1989 ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan keagamaan bermaksud mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranannya sebagai pemeluk agama yang benar-benar mewadai. Diantara syarat dan prasyarat agar peserta didik dapat menjalankan peranan dengan baik diperlukan pengetahuan ilmu pendidikan Islam. Mengingat ilmu ini tidak hanya menekankan segi teoritis saja, tetapi juga praktis. Ilmu pendidikan Islam termasuk ilmu praktis maka peserta didik diharapkan dapat menguasai ilmu tersebut secara penuh, baik teoritis maupun praktis, sehingga ia benar - benar mampu memainkan peranannya dengan tepat dalam hidup dan kehidupan.



Sumber : Diktat "Ilmu Pendidikan Islam" Oleh : ST. Suwaibatul Aslamiyah, S.Ag
Universitas Islam Lamongan
 

Download Kitab Gratis

DOWNLOAD KITAB GRATIS

Kitab Tafsir
1. Tafsir Al-Jalalain :- Download
2. Tafsir Al-'Izz Ibn 'Abdus Salam :- Download
3. Tafsir Ibnu Katsir - Muat Turun
4. Tafsir Al-Baghawi (Imam Al-Baghawi) :- Muat Turun
5. Tafsir Al-Qurtubi (Imam Abu 'Abdullah Al-Qurtubi) :- Muat Turun

Kitab Hadits
1. Bukhari - Download -
2. Muslim - Muat Turun -
3. Musnad Imam Asy-Syafi'i - Muat Turun -
4. Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal - Muat Turun -
5. Dalail Nubuwah (Imam Baihaqi) - Muat Turun
6. Bulughul Maram (Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolani) - Muat Turun
7. Jami'ul 'Ulum (Ibnu Rejab Al-Hanbali) - Muat Turun
8. Al-Arba'un An-Nabawiyyah (Imam An-Nawawi) - Muat Turun
9. Al-Adab Al-Mufrad (Imam Bukhari) - Muat Turun
10. Syarah Ma'ani Al-Atsar (Abu Ja'far Al-Tohawi) - Muat Turun
11. Sunan Ad-Darami (Al-Imam Ad-Darami) - Muat Turun
12. Mushnaf Abi Syaibah (Al-Imam Abi Syaibah) - Muat Turun
13. Sunan Daruquthni (Al-Imam Ad-Daruquthni) - Muat Turun
14. Muwatho' Al-Imam Malik (Al-Imam Malik) - Muat Turun
15. Mu'jam Ath-Thobrani As-Soghir (Ath-Thobrani) - Muat Turun
16. Mu'jam Ath-Thobrani Al-Kabir (Ath-Thobrani) - Muat Turun
17. Mu'jam Ath-Thobrani (Ath-Thobrani) - Muat Turun
18. Al-Mustadrak 'ala As-Sohihin (Al-Hakim) - Muat Turun
19. Musnad Abi Daud (Abi Daud) - Muat Turun
20. Musnad Ishaq ibn Rahuyah - Muat Turun
21. Musnad Al-Hamidi ('Abdullah ibn Az-Zabir Al-Hamidi) - Muat Turun
22. Musnad Abu Ya'la (Abu Ya'la) - Muat Turun
23. Sohin Ibn Khuzaimah (Imam Ibn Khuzaimah) - Muat Turun
24. Sohih Ibnu Hibban (Ibnu Hibban) - Muat Turun
25. Fadhail As-Sohabah - Muat Turun
26. Sunan Al-Baihaqi Al-Kubra - Muat Turun
27. Al-Ahadits (Ath-Thobrani) - Muat Turun
28. Ar-Risalah Al-Mustatorafah (Al-Imam Muhammad ibn Ja'far Al-Kitani - Muat Turun
29. Musykal Al-Atsar (Abu Ja'far Ath-Thahawi) - Muat Turun
30. Musnad As-Siraj (Muhammad ibn Ishaq As-Siraj) - Muat Turun

Kitab Syarah Hadits 
1. Fathul Bari (Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolani) :- Muat Turun
2. Syarah Sohih Muslim (Imam An-Nawawi) :- Muat Turun
3. Syarah Sunan Nasa'i (Imam As-Sayuthi) :- Muat Turun
4. Syarah Muwatho' Imam Malik (Imam As-Sayuthi) :- Muat Turun
5. Al-Isra' wal Mi'raj (Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolani) :- Muat Turun

Kitab Tauhid & 'Aqidah 
1. Al-Ibanah (Imam Abu Hasan Al-Asy'ari :- Muat Turun
2. العرف الوردي في أخبار المهدي (Imam Jalaluddin) :- Muat Turun
3. ما ورد في حياة الأنبياء بعد وفاتهم (Imam Baihaqi) :- Muat Turun
4. Al-'Aqidah (Imam Ahmad Ibn Hanbal) :- Muat Turun
5. المنتقى من منهاج الاعتدال في نقض كلام أهل الرفض والاعتزال (Imam Az-Zahabi) :- Muat Turun
6. Matan Manzumah 'Aqidatul 'Awam :- Muat Turun
7. Terjemahan Matan 'Aqidatul 'Awam :- Muat Turun
8. Usuluddin (I'tiqad Ahli Sunnah Wal Jama'ah) Jawi- Imam Muhammad Mukhtar ibn 'Atorid :- Muat Turun Terjemahannya :- Klik

Kitab Al-Imam Asy-Syafi'i
1. Diwan Asy-Syafi'i :- Muat Turun 1 - atau - Muat Turun 2
2. Al-Umm :- Muat Turun
3. Musnad Asy-Syafi'i :- Muat Turun
4. Ar-Risalah :- Muat Turun
5. Ahkam Al-Qur'an :- Muat Turun
6. Jama' Ilmi :- Muat Turun

Kitab Fiqh Mazhab Syafi'i
1. متن الرحبية في المواريث karangan ( الإمام الرحبي):- Muat Turun
2. Al-Umm (Imam Asy-Syafi'i) :- Muat Turun
3. Hilyah Al-'Ulama' (Asy-Syasyi) :- Muat Turun
4. Isyad Al-'Ibad (Zainuddin Al-Malibari) :- Muat Turun
5. Nihayah Az-Zain (Muhammad Nawawi Al-Jawi) :- Muat Turun
6. Tuhfah Al-Muhtaj (Ibnu Mulqan) :- Muat Turun
7. تنقيح المناظرة في تصحيح المخابرة (Ibnu Jama'ah) :- Muat Turun
8. Al-Lubab fi Al-Fiqah Asy-Syafi'i (Al-Qadhi Abi Al-Hasan Al-Mahamili) :- Muat Turun
9. Al-Ausath (Al-Imam Ibnu Al-Munzir) :- Muat Turun
10. Fat-hur Al-Mu'in (Al-Malibari) :- Muat Turun
11. Mukhtasar Al-Mazani (Ismail Al-Mazani) :- Muat Turun
12. Roudhoh Ath-Tholibin (Al-Imam An-Nawawi) :- Muat Turun
13. Al-Majmu' Syarah Al-Muhazzab (Al-Imam An-Nawawi) :- Muat Turun
14. Khabayaz Zawaya (Al-Imam Zarkasyi) :- Muat Turun
15. Al-Iqna' (Al-Mawardi) :- Muat Turun
16. Muqaddimah Al-Hadhramiyyah ('Abdullah ibn 'Abdur Rahman Al-Hadharami) :- Muat Turun
17. Al-Wasith fi Al-Mazhab (Abu Hamid Al-Ghazali) :- Muat Turun
18.Tahrir Al-Faz (Al-Imam An-Nawawi) :- Muat Turun
19. Al-Tanbih (Abu Ishaq Ibrahim) :- Muat Turun
20. Hasyiyah Al-Jamal (Al-'Allamah Asy-Syeikh Sulaiman Al-Jamal) :- Muat Turun
21. Hasyiyah Al-Jamal 'ala Fat-hul Wahab (Al-'Allamah Asy-Syeikh Sulaiman Al-Jamal) :- Muat Turun
22. As-Siraj Al-Wahab (Muhammad Az-Zahri Al-Ghamrawi) :- Muat Turun
23. Daqaiq Al-Minhaj (Al-Imam An-Nawawi) :- Muat Turun
24. Al-Ibtihaj Tahzib Mughni Al-Muhtaj/Kitab Haji (Sami Wadi' 'Abdul Fattah Syahadah Al-Qadumi) :- Muat Turun
25. Hasyiyah Al-Mugharabi 'ala Syarah Al-Minhaj (Ahmad ibn 'Abdur Razaq Al-Magharabi) :- Muat Turun
26. Fat-hul 'Aziz (Ar-Rafi'i) :- Muat Turun
27. Tuhfah Al-Abrar (Jalaluddin As-Sayuthi) :- Muat Turun
28. Jama' Al-'Ilmi (Al-Imam Asy-Syafi'i) :- Muat Turun
29. Kifayatul Akhyar (Mufti Ad-Din Abi Bakar ibn Muhammad Al-Husaini) :- Muat Turun
30. Nihayatul Muhtaj (Muhammad ibn Abi Al-'Abbas Ar-Ramli) :- Muat Turun
31. Al-Ma'wanah (Abi Ishaq Asy-Syirazi) :- Muat Turun
32. Kitab Al-Ijma' (Al-Imam Ibnu Al-Munzir) :- Muat Turun
33. Syarah Al-Mahalli (Jalaluddin Al-Mahalli) :- Muat Turun
34. Al-Imam fii Bayan Adalah Al-Ahkam (Al-'Izz ibn 'Abdus Salam) :- Muat Turun
35. Hasyiyah I'anah Ath-Tholibin (As-Sayyid Al-Bakri Ad-Dimyathi) :- Muat Turun
36. Tuhfah Al-Habib (Asy-Syeikh Sulaiman Al-Bujairami) :- Muat Turun
37. Al-Muhazzab (Abi Ishaq Asy-Syirazi) :- Muat Turun
38. Tuhfah Al-Muhtaj (Ibnu Hajar Al-Haitami) :- Muat Turun
39. Mughni Al-Muhtaj (Al-Khathib Asy-Syarbini) :- Muat Turun
40. Fat-hul Wahab (Zakaria Al-Ansori) :- Muat Turun
41. Al-Iqna' (Al-Khathib Asy-Syarbini) :- Muat Turun
42. Al-Ahkam As-Sulthoniyyah (Al-Mawardi) :- Muat Turun
43. Al-Hadud (Zakaria Al-Ansori) :- Muat Turun
44. Al-Hawi Al-Kabir (Al-Imam Al-Mawardi) :- Muat Turun
45. Al-Hawi Al-Kabir (Al-Imam Al-Mawardi) :- Muat Turun
46. Al-Asyabah Wan Nazhair (Al-Imam As-Subki) :- Muat Turun

Kitab Mengenai Maulid
1. الاحتفال بالمولد النبوي بين المؤيدين والمعارضين - Muat Turun
2. الاحتفال بالمولد النبوي - Muat Turun
3. البيان النبوي عن فضل الاحتفال بمولد النبي-الدكتور محمود أحمد الزين - Muat Turun
4. البيان النبوي عن فضل الاحتفال بمولد النبي - Muat Turun
5. المولد النبوي - Muat Turun
6. المولد في الإسلام - Muat Turun
7. حسن المقصد في عمل المولد-السيوطى - Muat Turun
8. حول الاحتفال بالمولد النبوي الشريف - Muat Turun
9. Simthud Duror (سمط الدّرر) - Al-Habib 'Ali ibn Muhammad ibn Husain Al-Habsyi:- Muat Turun
10. Adh-Dhiyaul Lami' الضّياء اللامع - Al-Habib 'Umar ibn Muhammad ibn Salim ibn Hafidz :- Muat Turun
11. Qosidah Burdah قصيدة البردة (Al-Imam Al-Bushiri) :- Muat Turun

Kitab Dr. 'Umar 'Abdullah Kamil

KITAB 'AQIDAH
1. التحذير من المجازفة في التكفير :- Muat Turun
2. نقض قواعد التشبيه :- Muat Turun
3. تهذيب واختصار شروح السنوسية (أم البراهين) :- Muat Turun
4. بيان خطأ التقسيم الثلاثي للتوحيد :- Muat Turun
5. المسائل الخلافية بين الأشاعرة والماتريدية :- Muat Turun
6. ارتباط علم المنطق بعلم الكلام :- Muat Turun
7. شرح أركان الإيمان لأمة الإسلام من منظومة عقيدة العوام :- Muat Turun

KITAB FIQH & USULNYA

1. إحكام الأحكام :- Muat Turun
2. جداول الفقه الموازي (المقارن) على المذاهب الأربعة :- Muat Turun
3. تهذيب شروح الزبد في الفقه الشافعي :- Muat Turun
4. معين الألباب في شرح الكتاب (مختصر القدوري) في الفقه الحنفي :- Muat Turun
5. تسهيل الطرقات شرح متن الورقات في أصول الفقه :- Muat Turun

KITAB TASAWUF
1. البلسم المريح من شفاء القلب الجريح (شرح لبردة الإمام البوصيري) :- Muat Turun
2. التصوف بين الإفراط والتفريط :- Muat Turun
3. طريق المساكين إلى مرضاة رب العالمين :- Muat Turun

KITAB KHILAFIYYAT
1. المتطرفون خوارج العصر (قدم له د. يوسف القرضاوي) :- Muat Turun

2. سلسلة مفاهيم يجب أن تصحح الجزء الأول، كلمة هادئة في:
1- الحياة البرزخية.
2- التوسل.
3- الاستغاثة.
4- أحكام القبور.
5- الزيارة وشد الرحال.
6- التبرك.
7- البدعة.
8- الترك لا ينتج حكما للشريف/ عبدالله فراج العبدلي
9- الاحتفال بالمولد.
10- حديث لا تطروني. :- Muat Turun

3. سلسلة مفاهيم يجب أن تصحح الجزء الثاني، كلمة هادئة في:
1- آداب الحوار والاختلاف.
2- التصوف بين الإفراط والتفريط.
3- التنزيه.
4- المجاز.
5- حديث افتراق الأمة.
6- حديث الجارية.
7- حقوق غير المسلمين.
8- فهم السلف للأحاديث الموهمة للتشبيه.
9- التطرف طريق الإرهاب.
10- نجاة الأبوين. :- Muat Turun

4. التوسل بين الكتاب والسنة وأفعال الأمة :- Muat Turun
5. السعودية تحديات وآفاق :- Muat Turun
6. الذخائر المحمدية بين المؤيدين والمعارضين :- Muat Turun
7. فريضة الحوار :- Muat Turun
8. كفى تفريقا للأمة باسم السلف
مناقشة لكتاب سفر الحوالي نقد منهج الأشاعرة في العقيدة :- Muat Turun
9. لا ذرائع لهدم آثار النبوة :- Muat Turun
10 مبدآن هدامان :- Muat Turun
11. ظاهرة الغلو وانعكاساتها على المناهج التعليمية :- Muat Turun
12. آداب الحوار وقواعد الاختلاف :- Muat Turun

كتاب اقتصاد
1. الآفاق المستقبلية للاقتصاد السعودي :- Muat Turun
2. الآفاق المستقبلية للاقتصاد السوري :- Muat Turun
3. الاندماج المصرفي والتحديات التي تواجه البنوك العربية :- Muat Turun
4. الاقتصاد العالمي على حافة أزمة مصرفية عالمية :- Muat Turun
5. التأمين المعاصر ومدى شرعيته إسلاميا :- Muat Turun
6. كورس التمويل الإسلامي :- Muat Turun
7. السوق العربية المشتركة السياج الواقي للاقتصاد العربي :- Muat Turun
8. الصناعات البتروكيماوية العربية ومعوقات تسويقها :- Muat Turun
9. العولمة وتأثيرها على العمل المصرفي الإسلامي :- Muat Turun
10 نحو اقتصاد فقهي حول النقود والأسواق المالية :- Muat Turun
11. برامج الإصلاح الاقتصادي في الدول العربية الإيجابيات والسلبيات :- Muat Turun
12. برنامج للغد دراسات مستقبلية في الاقتصاد السعودي :- Muat Turun
13. حول اتفاقية الجات رسالة للعرب قبل أن تقع الواقعة :- Muat Turun

كتاب رسائل ماجستير ودكتوراه
1. القواعد الفقهية الكبرى وأثرها في المعاملات المالية
(رسالة لنيل الدكتوراه في كلية الدراسات العربية والإسلامية بجامعة الأزهر الشريف) :- Muat Turun
2. النظرة الوسطى لبعض القضايا الاقتصادية المعاصرة
(رسالة لنيل الدكتوراه في الاقتصاد الإسلامي من جامعة ويلز - المملكة المتحدة) :- Muat Turun

كتاب مؤلفات حول العلمانية
1. الإسلام في مواجهة العلمنة :- Muat Turun
2. دفاع عن الرسول والصحابة عما جاء في افتراءات صاحب شدو الربابه :- Muat Turun
3. قراءة نقدية في فكر محمد سعيد عشماوي والرد على افتراءاته :- Muat Turun

كتاب أخرى متنوعة
1. مذكرة في تيسير المنطق :- Muat Turun -
2. دائرة الفتنة وسبل الخروج منها :- Muat Turun
3. قراءة في فكر ونبض إسرائيل عن السلام :- Muat Turun
4. دور الوحي في بناء الحضارة الإسلامية :- Muat Turun -
5. الأدلة الباهرة على نفي البغضاء بين الصحابة والعترة الطاهرة :- Muat Turun
6. رسالة إلى إخواننا الشيعة الإمامية (تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم) :- Muat Turun
 
Kitab Al-Imam 'Izzuddin 'Abdul Salam
1. الفوائد في اختصار المقاصد / موافق للمطبوع :- Muat Turun
2. تفسير العز بن عبد السلام ( تفسير القرآن ) موافق للمطبوع :- Muat Turun
3. قواعد الأحكام في مصالح الأنام / موافق للمطبوع :- Muat Turun
4. الإمام في بيان أدلة الأحكام / موافق للمطبوع :- Muat Turun

Kitab Al-Imam Zakaria Al-Ansori
1. المقصد لتلخيص ما في المرشد في الوقف والابتداء :- Muat Turun
2. غاية الوصول في شرح لب الأصول :- Muat Turun
3. الحدود الأنيقة والتعريفات الدقيقة :- Muat Turun
4. فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب / موافق للمطبوع :- Muat Turun

Kitab Al-Imam An-Nawawi

1. الأذْكَارُ النَّوَويَّة :- Muat Turun
2. روضة الطالبين / موافق للمطبوع :- Muat Turun
3. المجموع شرح المهذب / موافق للمطبوع :- Muat Turun
4. مختصر التبيان في آداب حملة القرآن :- Muat Turun

Kitab Al-Imam Ibnu Hajar Al-'Asqolani

1. إطراف المسند المعتلي بأطراف المسند الحنبلي / موافق للمطبوع :- Muat Turun
2. تبيين العجب فيما ورد في شهر رجب :- Muat Turun
3. هدي الساري مقدمة فتح الباري / موافق للمطبوع :- Muat Turun
4. تغليق التعليق على صحيح البخاري :- Mut Turun
5. نزهة السامعين في رواية الصحابة عن التابعين :- Muat Turun

Kitab Al-Imam Jalaluddin As-Sayuthi
1. برد الأكباد عند فقد الأولاد :- Muat Turun
2. الفتح الكبير في ضم الزيادة إلى الجامع الصغير / موافق للمطبوع :- Muat Turun
3. معجم مقاليد العلوم في الحدود والرسوم :- Muat Turun
4. حسن المحاضرة فى أخبار ملوك مصر والقاهرة :- Muat Turun
5. وصول الأماني بأصول التهاني :- Muat Turun
6. بغية الوعاة في طبقات اللغويين والنحاة :- Muat Turun
7. كفاية الطالب اللبيب في خصائص الحبيب :- Muat Turun
8. الشمائل الشريفة :- Muat Turun
9. اتمام الدراية لقراء النقاية :- Muat Turun
10. همع الهوامع في شرح جمع الجوامع :- Muat Turun
11. جمع الجوامع ( الجامع الكبير في الحديث والجامع الصغير وزوائده ) :- Muat Turun
12. عقود الزبرجد على مسند الإمام أحمد في إعراب الحديث :- Muat Turun
13. إلقام الحجر لمن زكى ساب أبي بكر وعمر :- Muat Turun
14. أنموذج اللبيب في خصائص الحبيب :- Muat Turun
15. عقود الجمان في علم المعاني والبيان :- Muat Turun
16. ذم المكس :- Muat Turun
17 إرشاد المهتدين إلى نصرة المجتهدين :- Muat Turun
18. تزيين الممالك بمناقب الإمام مالك :- Muat Turun
19. العرف الوردي في أخبار المهدي :- Muat Turun
20. الغرر في فضائل عمر :- Muat Turun
21. مشتهى العقول في منتهى النقول :- Muat Turun
22. تمهيد الفرش في الخصال الموجبة لظل العرش :- Muat Turun
23. الروض الأنيق في فضل الصديق :- Muat Turun
24. نظم العقيان في أعيان الأعيان :- Muat Turun
25. الحبائك في أخبار الملائك :- Muat Turun
26. الدرر المنتثرة في الأحاديث المشتهرة :- Muat Turun
27. طبقات المفسرين :- Muat Turun
28. طبقات الحفّاظ :- Muat Turun

Kitab Al-Imam Az-Zahabi 
1. تنقيح كتاب التحقيق في أحاديث التعليق للذهبي / موافق للمطبوع :- Muat Turun
2. تاريخ الإسلام ( للشاملة ) موافق للمطبوع :- Muat Turun
3. سير أعلام النبلاء ( للشاملة موافق للمطبوع ) :- Muat Turun
4. تشبيه الخسيس بأهل الخميس :- Muat Turun
5. المعين في طبقات المحدثين :- Muat Turun
6. معجم المحدثين :- Muat Turun
7. المقتنى في سرد الكنى :- Muat Turun
8. أحاديث مختارة من موضوعات الجوزقاني وابن الجوزي :- Muat Turun
9. المغني في الضعفاء :- Muat Turun
10. الأمصار ذوات الآثار :- Muat Turun
11. كتاب العلو :- Muat Turun
12. تلخيص كتاب الموضوعات لابن الجوزي :- Muat Turun
13. العبر في خبر من عبر :- Muat Turun
14. كتاب الكبائر :- Muat Turun
15. معرفة القراء الكبار :- Muat Turun
16. حَقُّ الجَار :- Muat Turun
17. المنتقى من منهاج الاعتدال في نقض كلام أهل الرفض والاعتزال :- Muat Turun
18. ميزان الإعتدال في نقد الرجال :- Muat Turun
19. الكاشف فى معرفة من له رواية فى الكتب الستة :- Muat Turun
20. المُـوْقِظَـةُ :- Muat Turun
21. تاريخ الإسلام / موافق للمطبوع :- Muat Turun
22. سير أعلام النبلاء :- Muat Turun
23. تذكرة الحفاظ وذيوله / موافق للمطبوع :- Muat Turun
24. الموقظة في علم مصطلح الحـديث :- Muat Turun


Sumber : http://kitabkuning.com/pages/DOWNLOAD-KITAB-GRATIS.html