Hindari Mengeluh..!!! Manusia dan Medsos Bukan Tempat Mengeluh, Lalu Kepada Siapa Kita Mengeluh...???

Kita semua pasti pernah mempunyai masalah dalam kehidupan. Ada kalanya kita merasakan bahagia dan senang, ada kalanya kita merasakan sedih dan pilu. Hal ini adalah sunnatullah.

Hikmah Sholat

Shalat sebagai Rukun Islam ke dua sarat dengan makna dan hikmah yang terkait dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan. Diantara hikmah shalat yaitu:

BERKAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Kita memperingati kelahiran Nabi, kita akan mendapatkan empat perkara.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

"SELAMAT DATANG DI BLOG PUSTAKA ASLIKAN, SEMOGA BERMANFAAT"

Hindari Mengeluh..!!! Manusia dan Medsos Bukan Tempat Mengeluh, Lalu Kepada Siapa Kita Mengeluh...???

Kita semua pasti pernah mempunyai masalah dalam kehidupan. Ada kalanya kita merasakan bahagia dan senang, ada kalanya kita merasakan sedih dan pilu. Hal ini adalah sunnatullah.

Dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi, seseorang memiliki beragam tindakan untuk mencurahkan perasaan dan uneg-unegnya kepada keluarga, teman, atau bahkan kepada benda-benda mati. Apalagi sering dijumpai tidak sedikit orang yang apabila mempunyai problem, selalu ia curhatkan di jejaring sosial seperti facebook atau twitter sehingga semua orang mengetahuinya.

Ada pula seseorang yang status update-nya adalah kegalauan hidup, seakan-akan tiada hari tanpa kebahagiaan. Semua yang ditulisnya adalah situasi mengerikan dalam hidupnya. Masalah-masalah kepada teman, guru, orangtua, atau bahkan masalah rumah tangga pun diceritakannya di sana. Tak peduli apakah itu aib atau bukan.

Mengeluh atau suka mengadukan permasalahan hidup kepada manusia artinya sama dengan tidak rela pada apa yang dikehendaki Allah SWT pada dirinya, merasa tidak puas akan pemberian Allah, merasa tidak ikhlas pada apa yang terjadi pada dirinya padahal semua itu adalah bentuk ujian dari Allah SWT.


Diterangkan dalam kitab Riyadhu Akhlaqis Sholihin, karangan syekh Ahmad bin Muhammad Abdillah.

Imam Al-Junaid mengatakan :

مَنْ أَصْبَحَ وَهُوَ يَشْكُو ضَيْقَ الْمَعَاشِ فَكَاَنَّمَا يَشْكُو رَبَّهُ وَمَنْ أَصْبَحَ لِأُمُوْرِ الدُّنْيَا حَزِيْنًا فَقَدْ أَصْبَحَ سَاخَطًا عَلىَ اللهِ

Artinya: “Barangsiapa suka mengadukan kesulitannya kepada sesama manusia, maka seolah-olah ia mengadukan Tuhannya (kepada mamusia tersebut). Dan barangsiapa merasa sedih dengan kondisi duniawinya, maka dia menjadi orang yang membenci Allah.”

Pertanyaannya, apakah memang tidak boleh melakukan curhat kepada sesama manusia, seperti seorang kawan kepada kawan lainnya, atau seorang istri kepada suami atau sebaliknya? Tentu saja boleh sepanjang curhat itu tidak bermakna “ngrasani" atau menggunjing Allah SWT. Curhat kepada sesama manusia boleh dilakukan selama masih dalam koridor diskusi atau meminta nasihat untuk mendapatkan cara-cara terbaik untuk keluar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi sebab memang ada kewajiban untuk saling tolong menolong dan nasihat menasihati diantara sesama manusia. Artinya setiap musim memiliki hak untuk mendapatkan nasihat tentang alternatif solusi dari kesulitan-keulitan yang ada.

Lalu, kepada siapa kita harus mengeluh???

Sesungguhnya semua masalah itu tidak sepantasnya disebar dan diceritakan kepada setiap orang yang diadukannya. Cukup semua perkara yang dihadapi seorang muslim hanya dicurhatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Seorang muslim hanya akan menampakkan kelemahannya di hadapan Allah, tidak kepada makhluk yang sama-sama lemah.

Dikisahkan,  Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putranya, Yusuf, sehingga anak-anaknya yang lain mengiranya akan bertambah sakit dan sedih. Maka dengarlah jawaban Nabi Ya’qub yang perlu diteladani setiap muslim,

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُوْ بثّيْ وَ حُزْنِيْ إِلَى اللهِ

“Dia (Ya’qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS Yusuf: 86)

Benar saja. Jika seseorang menampakkan dan mengadukan kesedihan serta kesulitan kepada manusia, maka hal itu tidak meringankan kesedihan terdebut. Namun apabila seseorang mengadukan kesedihan itu kepada Allah, itu lah yang akan bermanfaat baginya. Bagaimana tidak? Sedangkan Allah Ta’ala telah menjanjikan hal itu dalam firman-Nya.

وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS Al Baqarah: 186]

Ayat di atas menunjukkan bahwa kedekatan dan janji Allah itu benar-benar haq. Allah berfirman :

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيْدِ

“Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [QS Qaf: 16]

Semoga bermanfaat...!!!!

Sumber:
https://muslim.or.id/10477-curhat-hanya-kepada-allah.html

https://islam.nu.or.id/post/read/81752/berhentilah-mengeluh-kepada-manusia-bermunajatlah-kepada-allah

Dalil dan Maksud dari Tangan di Atas Lebih Baik dari Tangan di Bawah

 عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ 

Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.”

(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari hakim bin Hizam radhiyallâhu ‘anhu, Shahîh al-Bukhâriy, juz II, hal. 139, hadits no. 1427)

Yang dimaksud dengan tangan di atas adalah orang yang memberi, sedangkan tangan di bawah adalah orang yang menerima atau meminta. Hadits ini sangat terkenal sehingga banyak orang mengutip hadits itu untuk menasehati kita agar menjauhi perbuatan meminta-minta; sekaligus untuk mendorong agar kita lebih suka memberi dari pada meminta.

Apa yang selama ini kita pahami tentang memberi dan meminta biasanya dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat kebendaan. Para pengemis sering dimasukkan kedalam kelompok peminta sehingga masyarakat seringkali memandang mereka dengan rendah. Sebaliknya, mereka orang-orang yang berkecukupan biasanya dimasukkan kedalam kelompok pemberi sehingga masyarakat memandang mereka dengan penuh hormat.

Hadits itu tidak semata-mata berkaitan dengan kebendaan seperti itu sebab peminta itu sebenarnya dapat dibagi menjadi dua macam: peminta barang dan peminta jasa. Baik peminta barang maupun peminta jasa sama-sama tidak baik dalam pandangan Islam berdasarkan hadits di atas.

Jika orang-orang miskin sering dianggap sebagai orang yang suka meminta barang, maka orang-orang mapan cenderung suka meminta dilayani. Artinya mereka adalah pihak yang suka meminta jasa orang lain, seperti minta diambilkan ini dan itu dan sebagainya.

Rasulullah SAW adalah seorang tokoh yang sangat dihormati. Ketika beliau memerintah atau meminta tolong seseorang, tidak ada yang menolak. Namun demikian beliau lebih suka melayani diri sendiri. Hal ini juga dibuktikan dengan suatu peristiwa dimana Rasulullah SAW tidak bersedia menerima tawaran jasa dari Abu Hurairah. Saat itu Abu Hurairah bermaksud membawakan barang milik Rasululullah SAW yang baru saja beliau beli di pasar. Kepada Abu Hurairah, Rasulullah SAW mengatakan: “Pemilik sesuatu barang lebih berhak membawa barang miliknya. ”

Ketidakbersediaan Rasulullah SAW untuk dilayani tersebut menunjukkan bahwa beliau tidak suka merepotkan orang lain sementara beliau masih mampu melakukannya sendiri. Hal ini karena tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah sebagaimana hadits di atas.

sumber :  www.langitan.net