Hindari Mengeluh..!!! Manusia dan Medsos Bukan Tempat Mengeluh, Lalu Kepada Siapa Kita Mengeluh...???

Kita semua pasti pernah mempunyai masalah dalam kehidupan. Ada kalanya kita merasakan bahagia dan senang, ada kalanya kita merasakan sedih dan pilu. Hal ini adalah sunnatullah.

Hikmah Sholat

Shalat sebagai Rukun Islam ke dua sarat dengan makna dan hikmah yang terkait dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan. Diantara hikmah shalat yaitu:

BERKAH MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Kita memperingati kelahiran Nabi, kita akan mendapatkan empat perkara.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

"SELAMAT DATANG DI BLOG PUSTAKA ASLIKAN, SEMOGA BERMANFAAT"

Download RPP dan Silabus PAI Berkarakter SMP Kelas 7,8,9

Alhamdulillah, Setelah kemarin saya share link Download RPP dan Silabus Seni Budaya Berkarakter SMP/MTs Kelas 7,8,9. Untuk kali ini saya kembali berbagi link Download RPP dan Silabus PAI Berkarakter SMP Kelas 7,8,9. Bagi teman - teman yang ingin mendownloadnya berikut adalah daftar linknya :

Kelas VII
  1. RPP PAI kelas VII Semester I
  2. RPP PAI kelas VII Semester II
  3. Silabus PAI kelas VII Semester I
  4. Silabus PAI kelas VII Semester II 

Kelas VIII
  1. RPP PAI kelas VIII Semester I
  2. RPP PAI kelas VIII Semester II
  3. Silabus PAI kelas VIII Semester I
  4. Silabus PAI kelas VIII Semester II 
Kelas IX
  1. RPP PAI kelas IX Semester I
  2. RPP PAI kelas IX Semester II
  3. Silabus PAI kelas IX Semester I
  4. Silabus PAI kelas IX Semester II


Penting !!!!
Segera kirim komentar / sms ke 081515277521, apabila ada link download yang rusak, terima kasih. Semoga bermanfaat......!!

Download RPP dan Silabus Seni Budaya Berkarakter SMP/MTs Kelas 7,8,9

Alhamdulillah pada kesempatan ini saya bisa Share link Download RPP dan Silabus Seni Budaya Berkarakter SMP/MTs Kelas 7,8,9. Sesuai dengan permintaan dari teman - teman, link ini bisa teman - teman download dengan gratis.

Berikut adalah daftar linknya :

Kelas VII
  1. RPP Seni Budaya kelas VII Semester I
  2. RPP Seni Budaya kelas VII Semester II
  3. Silabus Seni Budaya kelas VII Semester I
  4. Silabus Seni Budaya kelas VII Semester II
Kelas VIII
  1. RPP Seni Budaya kelas VIII Semester I
  2. RPP Seni Budaya kelas VIII Semester II
  3. Silabus Seni Budaya kelas VIII Semester I
  4. Silabus Seni Budaya kelas VIII Semester II
Kelas IX
  1. RPP Seni Budaya kelas IX Semester I
  2. RPP Seni Budaya kelas IX Semester II
  3. Silabus Seni Budaya kelas IX Semester I
  4. Silabus Seni Budaya kelas IX Semester II
Penting !!!!
Segera kirim komentar / sms ke 081515277521, apabila ada link download yang rusak, terima kasih. Semoga bermanfaat......!!

Ada Apa di Bulan Sya'ban ?

Oleh: H. Ahsan Ghozali

Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadlan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadlan.
Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang patut memperoleh perhatian dari kalangan kaum muslimin.

Pindah Qiblat
Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al Mukarromah. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa menengadahkan wajahnya ke langit, menanti datangnya wahyu dari Rabbnya. Sampai akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala mengabulkan penantiannya. Wahyu Allah Subhanahu Wata’ala turun. “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

Diangkatnya Amal Manusia
Salah satu keistimewaan bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal-amal manusia pada bulan ini ke langit. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah, saya tidak pernah melihatmu berpuasa dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.” Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang manusia lalai darinya antara Rajab dan Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal saya diangkat, sedangkan saya dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).

Keutamaan Puasa di Bulan Sya’ban
Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah puasa yang paling utama setelah Ramadlan?” Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab, “Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan bulan Ramadhan.”Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami katakan beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka sampai kami katakan beliau tidak pernah berpuasa. Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).

Sepintas dari teks Hadits di atas, puasa bulan Sya’ban lebih utama dari pada puasa bulan Rajab dan bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) lainnya. Padahal Abu Hurairah telah menceritakan sabda dari Rasulullah Shollallu alaihi wasallam, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan mulia (asyhurul hurum).” Menurut Imam Nawawi, hal ini terjadi karena keutamaan puasa pada bulan-bulan mulia (asyhurul hurum) itu baru diketahui oleh Rasulullah di akhir hayatnya sebelum sempat beliau menjalaninya, atau pada saat itu beliau dalam keadaan udzur (tidak bisa melaksanakannya) karena bepergian atau sakit.

Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.

Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:
  1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan Sya’ban dengan separuh pertama.
  2. Sudah menjadi kebiasaan.
  3. Puasa qodlo.
  4. Menjalankan nadzar.
  5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan Ramadhan.
Turun Ayat Sholawat Nabi
Salah satu keutamaan bulan Sya’ban adalah diturunkannya ayat tentang anjuran membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Shollallu alaihi wasallam pada bulan ini, yaitu ayat: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab;56)

Sya’ban, Bulan Al Quran
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.

Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Malam Nishfu Sya’ban
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban. Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang minta belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-orang yang susah, memerdekakan orang-orang dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan amal manusia.

Banyak Hadits yang menerangkan keistimewaan malam Nishfu Sya’ban ini, sekalipun di antaranya ada yang dlo’if (lemah), namun Al Hafidh Ibn Hibban telah menyatakan kesahihan sebagian Hadits-Hadits tersebut, di antaranya adalah: “Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam bersabda, “Allah melihat kepada semua makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban dan Dia mengampuni mereka semua kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu Hibban).

Para ulama menamai malam Nishfu Sya’ban dengan beragam nama. Banyaknya nama-nama ini mengindikasikan kemuliaan malam tersebut.
  1. Lailatul Mubarokah (malam yang penuh berkah).
  2. Lailatul Qismah (malam pembagian rizki).
  3. Lailatut Takfir (malam peleburan dosa).
  4. Lailatul Ijabah (malam dikabulkannya doa)
  5. Lailatul Hayah walailatu ‘Idil Malaikah (malam hari rayanya malaikat).
  6. Lalilatus Syafa’ah (malam syafa’at)
  7. Lailatul Baro’ah (malam pembebasan). Dan masih banyak nama-nama yang lain.
Pro dan Kontra Seputar Nishfu Sya’ban
Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al Lathoif mengatakan, “Kebanyakan ulama Hadits menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara tentang malam Nishfu Sya’ban masuk kategori Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilai sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau memasukkannya dalam kitab shohihnya.” Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul Mandlud mengatakan, “Para ulama Hadits, ulama Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits dlo’if untuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal), bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if (lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk menghidupkan amalam di malam Nishfu Sya’ban.

Kebanyakan ulama yang tidak sepakat tentang menghidupkan malam Nishfu Sya’ban itu karena mereka menganggap serangkaian ibadah pada malam tersebut itu adalah bid’ah, tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam. Sedangkan pengertian bid’ah secara umum menurut syara’ adalah sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah. Jika demikian secara umum bid’ah itu adalah sesuatu yang tercela (bid’ah sayyi’ah madzmumah). Namun ungkapan bid’ah itu terkadang diartikan untuk menunjuk sesuatu yang baru dan terjadi setelah Rasulullah wafat yang terkandung pada persoalan yang umum yang secara syar’i dikategorikan baik dan terpuji (hasanah mamduhah).

Imam Ghozali dalam kitab Ihya Ulumiddin Bab Etika Makan mengatakan, “Tidak semua hal yang baru datang setelah Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam itu dilarang. Tetapi yang dilarang adalah memperbaharui sesuatu setelah Nabi (bid’ah) yang bertentangan dengan sunnah.” Bahkan menurut beliau, memperbaharui sesuatu setelah Rasulullah (bid’ah) itu terkadang wajib dalam kondisi tertentu yang memang telah berubah latar belakangnya.”

Imam Al Hafidh Ibn Hajjar berkata dalam Fathul Barri, “Sesungguhnya bid’ah itu jika dianggap baik menurut syara’ maka ia adalah bid’ah terpuji (mustahsanah), namun bila oleh syara’ dikategorikan tercela maka ia adalah bid’ah yang tercela (mustaqbahah). Bahkan menurut beliau dan juga menurut Imam Qarafi dan Imam Izzuddin ibn Abdis Salam bahwa bid’ah itu bisa bercabang menjadi lima hukum.

Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama salaf telah melakukan sholat pada malam tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan sholat pada malam itu dengan sendirian, maka mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan sholat pada malam tersebut secara jamaah itu berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul untuk melakukan ketaatan dan ibadah.

Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan serangkaian ibadah itu hukumnya sunnah (mustahab) dengan berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun ragam ibadah pada malam itu dapat berupa sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir, berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat Nabi (secara sendirian atau berjamaah), membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-lain.

Tuntunan Nabi di Malam Nisyfi Sya’ban
Rasulullah telah memerintahkan untuk memperhatikan malam Nisyfi Sya’ban, dan bobot berkahnya beramal sholeh pada malam itu diceritakan oleh Sayyidina Ali Rodliallahu anhu, Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika tiba malam Nisyfi Sya’ban, maka bersholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Dia berfirman, ‘Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni? Adakah orang meminta rizki, maka akan Aku beri rizki? Adakah orang yang tertimpa musibah, maka akan Aku selamatkan? Adakah begini atau begitu? Sampai terbitlah fajar.’” (HR. Ibnu Majah)

Malam Nishfu Sya’ban atau bahkan seluruh bulan Sya’ban sekalipun adalah saat yang tepat bagi seorang muslim untuk sesegera mungkin melakukan kebaikan. Malam itu adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka ragam amal kebaikan. Doa adalah pembuka kelapangan dan kunci keberhasilan, maka sungguh tepat bila malam itu umat Islam menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam mengatakan, “Doa adalah senjatanya seorang mukmin, tiyangnya agama dan cahayanya langit dan bumi.” (HR. Hakim). Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam juga mengatakan, “Seorang muslim yang berdoa -selama tidak berupa sesuatu yang berdosa dan memutus famili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala menganugrahkan salah satu dari ketiga hal, pertama, Allah akan mengabulkan doanya di dunia. Kedua, Allah baru akan mengabulkan doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan menghindarkannya dari kejelekan lain yang serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan Barraz).

Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban. Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang membaca Al Quran, berdoa, bersedekah dan beribadah yang lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia termasuk orang yang telah menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dan ia akan mendapatkan pahala sebagai balasannya.

Adapun kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yaitu membaca Surah Yasin tiga kali, dengan berbagai tujuan, yang pertama dengan tujuan memperoleh umur panjang dan diberi pertolongan dapat selalu taat kepada Allah. Kedua, bertujuan mendapat perlindungan dari mara bahaya dan memperoleh keluasaan rikzi. Dan ketiga, memperoleh khusnul khatimah (mati dalam keadaan iman), itu juga tidak ada yang melarang, meskipun ada beberapa kelompok yang memandang hal ini sebagai langkah yang salah dan batil.

Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau. Tidak berdasar dan bohong belaka. Salah satunya adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat, setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x), Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x), Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa yang dikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang siapa yang melakukan apa yang telah kamu saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan pahala 20 kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti berpuasa dua tahun, satu tahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Dan masih banyak lagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin. (Disarikan dari “Madza fi Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain).

* Staf pengajar PP. Langitan Widang Tuban. Alumni Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki Makkah

Sumber : http://langitan.net/?p=94

Ciri - Ciri Suami Yang Sholeh

Diantara Ciri - Ciri Suami Yang Sholeh yaitu antara lain ;
  1. Mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya dengan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan.
  2. Bertanggung jawab dalam memimpin rumah tangganya.
  3. Tidak terlalu bermewah - mewah dalam memberi nafkah, makan, minum, pakaian, tempat tinggal serta keperluan anak istri.
  4. Kasih sayang, mesrah terhadap istri dan anak-anaknya.
  5. Melayani dan menasihati isteri dengan sebaik-baiknya.
  6. Tidak terburu - buru dalam menerima fitnah (pengaduan) dari orang lain, serta bertindak segera tanpa usul selidik dulu.
  7. Tidak gemar memandang perempuan lain.
  8. Tidak gemar bergaul dengan perempuan-perempuan lain.
  9. Tidak suka minum minuman keras, berjudi, merokok dan tidak suka membuang waktunya dengan kerja sia - sia.
  10. Jujur serta senantiasa menepati janji terhadap anak istri.
  11. Senantiasa menjaga kebersihan diri lahir dan batin.
  12. Cemburu dalam hal - hal yang mendatangkan maksiat terhadap dirinya, anak dan istrinya.
  13. Sabar dan menerima kelemahan dan kekurangan istri dengan hati yang terbuka.
  14. Menanamkan sifat-sifat (akhlak-akhlak) terpuji dalam keluarga.

Tanda-Tanda Perempuan Yang Baik Akhlaknya

Tanda-Tanda Perempuan Yang Baik Akhlaknya, antara lain yaitu :
  1. Perempuan yang baik akhlaknya kepada suaminya, anak-anaknya, kedua orang tuanya, teman-temannya, tetangga dekatnya dan terhadap masyarakatnya. yaitu :
    • berbakti kepada suami, bersopan santun terhadap suaminya dalam segala percakapan dan tindakannya.
    • bersikap baik, penyayang dan berbicara dengan bahasa yang baik, lemah lembut terhadap anak-anaknya, tidak suka marah-marah bahkan sampai memaki-maki anaknya.
    • bersopan santun kepada kedua orang tuannya.
    • tidak suka pamer kekayaan, mengadu domba, memfitnah, berkata tidak baik kepada teman-temannya, tetangga dekatnya dan terhadap masyarakatnya.
  2. Perempuan yang selalu memelihara diri / menjaga kehormatannya di balik pembelakangan suaminya (ketika ditinggal si suami untuk bekerja atau bepergian jauh).
  3. Perempuan yang tidak jahat mulutnya, yaitu tidak suka mengadu-ngadu hal-hal kepada kedua orang tuanya, teman-temannya, tetangganya tentang kekurangan atau kejelekan suaminya.
  4. Perempuan yang sabar dalam menempuh segala kesusahan ujian dari Allah dan sabar dalam mengerjakan segala perintah-perintah-Nya.
  5. Tidak berhias ketika keluar rumah karena kecantikan istri hanyalah untuk suaminya saja dan bukan untuk orang lain.
  6. Perempuan yang selalu bersyukur terhadap segala sesuatu pemberian suaminya, dan kalau tidak ada tidak mengeluh.
  7. Tidak memaksa suami untuk memenuhi keinginannya.
  8. Ridho dengan apa - apa pemberian suaminya.
  9. Tidak banyak bicara, berbicara sekedar yang perlu saja.

Ciri - Ciri Istri Sholehah

Ciri - Ciri Istri Sholehah, yaitu antara lain :
  1. Istri yang baik akhlaknya kepada suaminya, anak-anaknya, kedua orang tuanya, teman-temannya, tetangga dekatnya dan terhadap masyarakatnya. yaitu :
    • berbakti kepada suami, bersopan santun terhadap suaminya dalam segala percakapan dan tindakannya.
    • bersikap baik, penyayang dan berbicara dengan bahasa yang baik, lemah lembut terhadap anak-anaknya, tidak suka marah-marah bahkan sampai memaki-maki anaknya.
    • bersopan santun kepada kedua orang tuannya.
    • tidak suka pamer kekayaan, mengadu domba, memfitnah, berkata tidak baik kepada teman-temannya, tetangga dekatnya dan terhadap masyarakatnya.
  2. Istri yang selalu memelihara diri / menjaga kehormatannya di balik pembelakangan suaminya (ketika ditinggal si suami untuk bekerja atau bepergian jauh).
  3. Istri yang tidak jahat mulutnya, yaitu tidak suka mengadu-ngadu hal-hal kepada kedua orang tuanya, teman-temannya, tetangganya tentang kekurangan atau kejelekan suaminya.
  4. Istri yang selalu sabar dalam menempuh segala kesusahan ujian dari Allah dan sabar dalam mengerjakan segala perintah-perintah-Nya.
  5. Tidak berhias ketika keluar rumah karena kecantikan istri hanyalah untuk suaminya saja dan bukan untuk orang lain.
  6. Istri yang selalu bersyukur terhadap segala sesuatu pemberian suaminya, dan kalau tidak ada tidak mengeluh.
  7. Tidak memaksa suami untuk memenuhi keinginannya.
  8. Ridho dengan apa - apa pemberian suaminya.
  9. Tidak banyak bicara, berbicara sekedar yang perlu saja. 

Tanda Orang Yang Paling Bahagia

Tanda Orang Yang Paling Bahagia yaitu :

اسعدالناس من له قلب عالم , وبدن صابر , وقناعة بما فى اليد

Artinya : "Orang yang paling bahagia adalah orang yang mempunyai hati alim, badan sabar dan puas dengan apa yang ada di tangannya."

Yang dimaksud hati alim disini, adalah yang menyadari bahwa Allah senantiasa menyertainya di mana saja dia berada.
Badan sabar, adalah sabar dalam menunaikan perintah agama, sabar dalam meninggalkan segala larangan - larangan agama dan sabar dalam menghadapi cobaan/bencana.
Sedangkan Puas dengan apa yang ada ditangannya, adalah puas dalam menerima apa adanya (selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya.), sikap puas yang mendasar dikala tidak melihat harapan yang lain.

Itulah tanda orang yang paling bahagia, mudah - mudahan kita termasuk dari golongan orang-orang yang paling bahagia. Aamiin......!!!


Sumber : Kitab Nashaihul 'Ibad

Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup pendidikan Islam sangat luas sekali karena didalamnya banyak pihak - pihak yang ikut terlibat, baik langsung maupun tidak langsung.

Adapun pihak - pihak yang terlibat sekaligus sebagai ruang lingkup pendidikan Islam yaitu sebagai berikut :

1. Perbuatan Mendidik Itu Sendiri
Perbuatan mendidik merupakan seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didik.
Atau bisa juga diartikan : sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik menuju pada tujuan pendidikan islam. Perbuatan mendidik ini disebut dengan istilah takzib.

2. Anak Didik
Anak didik merupakan obyek terpenting dalam pendidikan, hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu dilakukan hanyalah untuk membawah anak didik kepada tujuan pendidikan islam yang dicita - citakan.Dalam pendidikan Islam anak didik disebut dengan istilah santri, muta'alim, tolib, tilmidz, muhazab.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber darii segala kegiatan pendidikan islam ini dilakukan. Maksudnya, pelaksanaan pendidikan Islam harus berlandaskan atau bersumber dari dasar tersebut.
Dalam hal ini dasar atau sumber pendidikan Islam yaitu arah kemana anak didik ini akan dibawa. Secara ringkas tujuan pendidikan Islam yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berkepribadian muslim.

4. Pendidik
Pendidik merupakan subyek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik memiliki peran penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap pendidikan Islam.
Pendidik disebut mu'allim, muhazib, ustadz, kyai, ada pula yang menyebutnya mursyid, artinya yang memberikan petunjuk.

5. Materi Pendidikan Islam
yaitu bahan - bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disampaikan kepada anak didik. dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini disebut muddatuttarbiyah.

6. Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam merupakan cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidik untuk menyampaikan bahan atau materi kepada anak didik.
Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Pendidikan Islam metode pendidikan ini disebut dengan istilah thariqatut tarbiyah atau thariqatut tahzib.


7. Evaluasi
Yaitu memuat cara - cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau tahap tertentu. Apabila tujuan pada tahap atau fase ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.


8. Alat - Alat Pendidikan Islam
Yaitu alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan islam tersebut lebih berhasil.

9. Lingkungan Sekitar
Yaitu keadaan - keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.

Pengertian Profesionalisme Guru

Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Profesionalisme dan Guru. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian[1], sebagai mana disebutkan oleh S. Wojowasito. Selain itu, Drs. Petersalim dalam kamus bahasa kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu [2].

Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian dan ketrampilan tertentu, dimana keahlian dan ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus.

Adapun pengertian profesi secara therminologi atau istilah, sesuai apa yang diungkapkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
Roestiyah yang mengutip pendapat Blackington mengartikan bahwa pofesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak mengandung keraguaan tetapi murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan fungsional[3].
Dr. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi harus mengandung keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu[4].
Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa professional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.[5]
Syafrudin, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indanesia istilah professional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.[6]

Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan atau dididik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasil berupa upah atau uang karena melaksanakan pekerjaan tersebut.

Kemudian kata profesi tersebut mendapat akhiran isme, yang dalam bahasa Indonesia menjadi berarti sifat. Sehingga istilah Profesionalisme berarti sifat yang harus dimiliki oleh setiap profesional dalam menjalankan pekerjannya sehingga pekerjaan tersebut dapat terlaksana atau dijalankan dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakannya dengan dilandasi pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya.

Sedangkan pengertian profesional itu sendiri berarti orang yang melakukan pekerjaan yang sudah dikuasai atau yang telah dibandingkan baik secara konsepsional, secara teknik atau latihan[7].

Dari rumusan pengertian diatas ini mengambarkan bahwa tidak semua profesi atau pekerjaan bisa dikatakan profesional karena dalam tugas profesional itu sendiri terdapat beberapa ciri-ciri dan syarat-syarat sebagaimana yang dikemukakan oleh Robert W. Riche, yaitu:
Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
Seorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep- konsep serta prinsip- prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi , serta kesejahteraan anggotanya.
Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.
Memandang profesi sebgai suatru karier hidup (a live career) dan menjadi seorang anggota permanen[8].

Sedangkan pengertian guru seperi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut;
Drs. Petersalim dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer mengartikan guru adalah orang yang pekerjaanya mendidik, mengajar, dan mengasihi, sehingga seorang guru harus bersifat mendidik[9]. Ahmad D. Marimba, menyatakan bahwa guru adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik[10].
Amien Daiem Indrakusuma menyatakan bahwa guru adalah pihak atau subyek yang melakukan pekerjaan mendidik[11].
M. Athiyah Al Abrasyi menyatakan bahwa guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, memberi santapan jiwa, pendidikan akhlak dan membenarkannya, meghormati guru itulah mereka hidup dan berkembang[12].

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, diatas maka secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotor. Dari pengertian atau definisi “profesionalisme” dan “guru” diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru tersebut.

-------------------
[1] S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto, Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris (Bandung: Hasta, 1982), hal. 162
[2] Salim, Yeny salim, Kamus Indonesia Kontemporer, Moderninglish (Jakarta: Pres, 1991), hal. 92
[3] Roestiyah.N. K, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal. 176
[4] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam (Bandung: Rajawali Rusda Karya, 1991).hal. 10
[5] M. Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD (Jakarta: Universetas Terbuka, 2003),hal.45
[6] Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Pers, 2002), hal.15
[7] Sadirman A. M, Interaksi dan Motifasi Belajar ( Jakarta: Rajawali Pres,1991), hal. 131
[8] M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum ( Jakarta: 1993), hal.105
[9] Salim, Yeny Salim, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum ( Jakarta: 1993), hal. 492
[10] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Maarif, 1980), hal. 37
[11]Amien Daiem Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya:Usaha Nasional, 1993),hal. 179
[12] M. Athiyah Al Abrasy, Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 136

Hikmah Shalat

Shalat sebagai Rukun Islam ke dua sarat dengan makna dan hikmah yang terkait dengan aktivitas keseharian dalam kehidupan. Diantara hikmah shalat yaitu :

Pertama : Sebagaimana kita ketahui bahwa shalat dalam islam merupakan tiang Agama, juga sebagai amalan ibadah yang pertama kali dihisab oleh Allah SWT di Akhirat. Sebagai mana telah dijelaskan dalam hadis Nabi SAW :

اَوَّلُمَا يُحَا سَبُ عَلَيْهِ اْلعَبْدُيَوْمَ اْلقِيَا مَةِالصَّلاَةُ فَاِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُعَمَلِهِ , وَاِنْ فَسَدَ تْ فَسَدَسَائِرُعَمَلِهِ (رواه الطبرانى

Artinya : “Amal yang pertama kali akan dihisap bagi seseorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka dinilai baiklah seluruh amalnya yang lain dan jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya yang lain”. ( HR. Al-Thabrani )

Kedua : Menangkal berbagai bencana yang dapat membuat hati dan jiwa tidak tenang. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT,

إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (العنكبوت ٤٥ )

Artinya : “…Sesungguhnya, shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar, Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-‘Ankabuut : 45)

Dari ayat diatas shalat yang berisi do’a, puji – pujian kepada Allah SWT memberikan kesan kesucian dan Taqarrub kepada Illahi, karena itu manusia yang mengerjakan shalat dengan arti yang sesungguhnya, mereka terhindar dari perbuatan yang salah karena mereka senantiasa ingat kepada Tuhannya.

Perbuatan salah (dosa) yaitu perbuatan keji dan munkar akan dapat menggoncangkan hati dan jiwa. Semakin banyak dosa dan kesalahan yang dilakukan seseorang, akan semakin menggelisahkan jiwanya dan berbagai kekhawatiran muncul di dalam benaknya. Semakin goncang dan khawatir dalam kesehariannya, hidupnya akan semakin tidak tenang. Walaupun secara lahiriyah terlihat tenang karena di balut oleh harta atau yang lainnya, tetapi hati dan jiwanya terasa goncang dan gelisah.

Ketiga : Selain hal diatas, shalat dapat menjadi sarana penghapus dosa atau kesalahan, hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW yang berbunyi :

عن ابى هريرة رضي الله عنه قل : الصَّلوتُ اْلخَمْسُ وَاْلجُمْعَةُ الى اْلجُمُعَةِ كَفَّا رَةٌ لِمَابَيْنَهُمَامَا لَمْ تُغْشَ اْلكَبَائِرَ

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasul SAW bersabda : Shalat lima waktu dan shalat jum’at yang satu kepada jum’at yang lain adalah sebagai penghapus kesalahan yang terjadi pada waktu antara dua jum’at selama tidak melakukan dosa besar.

Dalam Hadis lain Nabi SAW bersabda :

عن أبي هريرة : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: (أرأيتم لو أن نهرا بباب أحدكم، يغتسل فيه كل يوم خمسا، ما تقول: ذلك يبقي من درنه). قالوا: لا يبقى من درنه شيئا، قال: (فذلك مثل الصلوات الخمس، يمحو الله بها الخطايا). ( رواه ا لبخا رى

Artinya : “diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a : bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “jika ada suatu sungai di depan rumah seseorang yang di situ dia mandi lima kali dalam sehari, masihkah ada kotoran pada dirinya?” para sahabat menjawab : “tidak ada sedikitpun kotoran yang tersisa pada dirinya”. Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya : “begitulah perumpamaan shalat lima waktu yang dengannya Allah menghapus dosa orang yang mengerjakannya”.(HR. Bukhari)

Dari kedua hadis di atas jelas bahwa Allah akan menghapus segala kesalahan (dosa) seseorang mana kala ia menjalankan kewajiban shalat dengan khusyu’, semata – mata hanya karena Allah dan hanya ingin mendapatkan RidhaNya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (المؤمنون ۱-۲

Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya”, (Al-Mu’minuun : 1-2)

Yang dimaksud khusyu’disini yaitu tunduk hati dan tetap ingat kepada Allah ketika mengerjakan shalat dan ketika memohon do’a kepada Allah.

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar untuk memberikan kemudahan dalam pemahaman, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat tentang definisi dari kedua kata tersebut.
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha[1]. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata prestasi diartikan sebagai usaha yang telah dicapai ( dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya )[2].
Sedangkan belajar, para ahli mengemukakan dengan definisi yang berbeda – beda, antara lain :
Slameto mengatakan bahwa, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.[3]
 
Pengertian prestasi belajar sendiri menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah hasil yang diperoleh berupa kesan – kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka[4].
Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan dan perubahan tingkah laku dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belaj dan penilaiannya diwujudkan dalam bentuk nilai atau angka.

Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang sangat potensial dalam sejarah kehidupan manusi karena sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri pada manusia, semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
  1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
  2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, termasukkebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.
  3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inivasi pendidikan.
  4. Prestasi belajar sebagai indikator intern an ekstern dari suatu institusi pendidikan.
  5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik.5
Dengan adanya penjelasan tersebut diatas, dapat dimengerti betapa pentingnya untuk mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara individu atau kelompok. Karena dalam fungsi prestasi tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas pendidikan. Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Sebagai mana yang dikemukakan oleh Cronbach bahwa :
Kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, bergantung kepada ahli dan versinya masing-masing. Namun diantaranya sebagai berikut:
  1. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar.
  2. Untuk keperluan diagnostik.
  3. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
  4. Untuk keperluan seleksi.
  5. Untuk keperluan penempatan atau penjurusan.
  6. Untuk menentukan isi kurikulum.
  7. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.6

----------------------------
[1] Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik dan Prosedur ( Bandung : Rosdakarya, 1991 ), 2.
[2] DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 895
[3] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta, 1995 ), 104.
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru ( Surabaya : Usaha Nasional, 1994 ), 22.
5 ibid, hal: 3-4.
6 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur) (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,1991), 2.